Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saudi Wacanakan Pemangkasan Output, WTI Tetap Melemah

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember melemah 0,43% atau 0,26 poin ke level US$59,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mecapai 31% di atas rata-rata perdagangan 100 hari.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah tetap melemah pada perdagangan Senin (12/11/2018) bahkan setelah Arab Saudi mengungkapkan rencana mengurangi ekspor bulan depan.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember melemah 0,43% atau 0,26 poin ke level US$59,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mecapai 31% di atas rata-rata perdagangan 100 hari.

Sementara itu, minyak Brent berjangka untuk pengiriman Januari berakhir turun 0,09% atau 0,06 poin di level US$70,12 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global diperdagangkan lebih tinggi US$10,04 dibanding WTI untuk bulan yang sama.

Dilansir Bloomberg, minyak WTI bahkan melemah 2,5% setelah penutupan di tengah penurunan dalam pasar saham, dengan Presiden Donald Trump menambahkan tekanan dengan krikit terhadap rencana Saudi di akun Twitter-nya.

"Pasar saham dan minyak jatuh beriringan," kata Josh Graves, analis pasar senior di RJO Futures di Chicago, seperti dikutip Bloomberg.

"Ini memberi orang jeda bahwa mungkin ada lobi yang kuat yang akan terjadi dari Gedung Putih untuk membujuk OPEC agar tidak melaksanakan rencananya," kata Bart Melek, analis komoditas global di TD Securities di Toronto.

Saudi mengambil alih dalam upaya untuk melawan penurunan harga sekitar 20% sejak awal Oktober, menyusul keringanan AS pada sanksi terhadap Iran, serta tanda-tanda kelebihan pasokan yang muncul di AS.

Karena memangkas pengiriman pada Desember, eksportir minyak mentah terbesar ini dunia akan berjuang untuk meyakinkan negara lain untuk mengikuti langkahnya. Irak telah mendorong produksi ke rekor tertinggi dan gejolak ekonomi membuat Irak enggan menurunkan output.

Sementara itu, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa dia "tidak ingin fokus hanya pada pemotongan produksi."

Pertemuan antara Novak, Al-Falih dan produsen lain pada hari Minggu tidak menghasilkan perubahan resmi dalam kebijakan pasokan, tetapi mengakui bahwa mereka mungkin membutuhkan "strategi baru."

Sementara itu, Venezuela dan Oman mengindikasikan mereka mungkin berpihak pada Saudi pada pemangkasan output.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper