Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CAD Melebar, Investor Asing Diyakini Bertahan di Pasar SBN

Investor asing diyakini masih akan mempertahankan porsi kepemilikannya pada surat berharga negara (SBN), kendati defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2018 meningkat hingga 3,37% terhadap PDB atau US$8,8 miliar.
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA - Investor asing diyakini masih akan mempertahankan porsi kepemilikannya pada surat berharga negara (SBN), kendati defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2018 meningkat hingga 3,37% terhadap PDB atau US$8,8 miliar.

Optimisme itu berdasarkan pada sejumlah faktor. Salah satunya adalah data dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, di mana sepanjang tahun berjalan per 8 November lalu investor asing membukukan net buy senilai Rp42,55 triliun.

Faktor lain adalah kondisi ekonomi nasional yang diyakini masih cukup baik, serta defisit transaksi berjalan yang dinilai masih cukup aman.

Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus menjelaskan, secara kuartal defisit transaksi berjalan terbilang paling buruk sejak kuartal II/2014. Namun, secara kumulatif masih di bawah 3% atau cukup wajar.

"Pergi atau tidaknya dana asing tidak hanya terlihat dari CAD itu sendiri. Potensi perginya dana asing akan terlihat ketika pertemuan AS dan China tidak mengalami titik temu" ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (12/11/2018).

Kata Nico, secara umum kondisi ekonomi makro Indonesia masih cukup baik. Faktor yang akan menjadi kunci dari pergerakan dana asing di pasar SBN adalah dari eksternal, terutama hubungan antara Amerika Serikat dengan China.

Jika pertemuan kedua negara tersebut tidak sesuai dengan harapan pelaku pasar, maka dipastikan investor asing akan angkat kaki dari pasar surat berharga negara. Apalagi, The Fed berencana untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.

"Pertanyaan paling penting adalah sejauh mana penguatan obligasi, penguatan rupiah, penguatan indeks bisa bertahan. Tapi tolok ukur utama adalah pertemuan AS dengan China," tegasnya.

Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra menambahkan, kenaikan defisit transaksi berjalan itu hanya akan memberikan dampak jangka pendek. Dengan kata lain, porsi kepemilikan asing masih cukup aman untuk jangka panjang.

Kata dia, kunci dari data CAD tersebut adalah pergerakan nilai tukar rupiah. Artinya, pemerintah harus mampu meminimalisasi dampak defisit transaksi berjalan sehingga nilai tukar rupiah tidak terlalu tertekan.

"Selama ini pada Oktober sampai awal November rupiah sudah menguat. Ini sebenarnya menjadi katalis positif bagi pasar modal, termasuk surat berharga negara," jelasnya.

Made menambahkan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh dua faktor. Yakni domestik yang berasal dari kondisi transaksi berjalan dan faktor eksternal yakni frencana kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS.

Saat ini, kata Made, pelaku pasar menunggu efektivitas pengenaan tarif impor sejumlah produk. Jika kebijakan tersebut efektif, maka bisa mengkompensasi defisit transaksi berjalan yang sedikit melebar.

"Kalau efektif, rupiah akan stabil dan investor asing pasti akan masuk lagi ke Indonesia," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper