Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Minyak Bearish, OPEC & Sekutu Pertimbangkan Pangkas Output pada 2019

Organisasi Negara Pengeskpor Minyak (OPEC) dan sekutunya mengusulkan rencana untuk memangkas pasokan minyak pada 2019, dengan Arab Saudi mengumumkan akan menurunkan ekspor mulai bulan depan.
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Negara Pengeskpor Minyak (OPEC) dan sekutunya mengusulkan rencana untuk memangkas pasokan minyak pada 2019, dengan Arab Saudi mengumumkan akan menurunkan ekspor mulai bulan depan.

"Kami sebagai produsen yang bertanggung jawab akan bekerja, dan bekerja keras, untuk menyeimbangkan pasar dalam koridor yang wajar," kata Menteri Energi Saudi Khalid Al-Falih seperti dikutip Bloomberg, Minggu (11/11/2018).

Khalid mengatakan permintaan untuk minyak Saudi menurun sebagian karena faktor musiman, sehingga kerajaan akan mengekspor lebih sedikit.

Ekspor Arab Saudi akan turun sebanyak 500.000 barel pada bulan Desember dari bulan ini. Langkah ini dilakukan untuk melawan penurunan harga yang menekan keuangan anggota OPEC dan sejumlah perusahaan energi.

Meskipun pertemuan dengan produsen lain pada hari Minggu tidak menghasilkan perubahan dalam kebijakan pasokan, OPEC dan sekutunya memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka mungkin memerlukan "strategi baru," meningkatkan prospek pemangkasan output yang lebih luas dan terkoordinasi pada 2019.

Minyak jatuh ke pasar bearish dalam waktu kurang dari satu bulan, dan tekanan meningkat pada OPEC untuk bertindak lebih cepat sebelum pertemuan kebijakan mereka pada bulan Desember.

Keati-hatian OPEC sebagian karena ketidakpastian pasokan Iran. AS pada mulanya bersikeras bahwa pihaknya akan berusaha untuk membatasi semua ekspor Iran, namun akhirnya memberikan keringanan kepada delapan negara pembeli isaat AS memberlakukan kembali sanksi bulan ini. Langkah ini membingungkan pasar yang mengantisipasi sanksi yang ketat.

"Dengan dibebaskannya ekspor Iran lebih tinggi dari yang diperkirakan, Arab Saudi bertindak secara bertanggung jawab dengan mengurangi produksinya yang sebelumnya dinaikkan untuk mengimbangi penurunan karena Iran," kata Amrita Sen, kepala analis minyak di Energy Aspects Ltd.

Harga Minyak

Minyak mentah patokan global, Brent, telah jatuh 19% ke US$70,18 per barel sejak 3 Oktober lalu. Meskipun harga masih lebih tinggi dari tahun lalu, level ini jauh di bawah yang Arab Saudi butuhkan untuk menyeimbangkan anggarannya. Sebaliknya, Rusia berada dalam posisi yang lebih nyaman, dan Menteri Energi Alexander Novak tidak menunjukkan tanda dia siap untuk bertindak segera.

Arab Saudi mungkin juga berjuang untuk meyakinkan produsen lain untuk mengikuti jejaknya. Irak telah berhasil mendorong produksi ke rekor tertinggi, dan ekonomi yang lebih rapuh mungkin membuat negara tersebut enggan membalikkan arah.

Khalid mengatakan bahwa permintaan minyak mentah Saudi lebih rendah untuk pertama kalinya sejak kerajaan mulai meningkatkan produksi pada periode Mei-Juni. Jika Saudi mengurangi ekspor harian sebesar 500.000 barel bulan depan, ini secara efektif akan menghapus sebagian besar peningkatan produksi dalam enam bulan terakhir.

“Idealnya, kami tidak suka memangkas (ekspor). Kami hanya akan memangkas jika kami melihat kelebihan pasokan terus-menerus muncul. Kami melihat beberapa tanda ini keluar dari AS. Kami belum melihat tanda-tanda ini secara global, juga tidak dapat memprediksi bahwa ini akan bertahan hingga 2019,” kata Khalid

Di sisi lain, Alexander Novak mengatakan kecil kemungkinan jika pasar minyak akan kelebihan pasokan tahun depan.

"Kami perlu menunggu beberapa waktu, untuk melihat bagaimana pasar berkembang," katanya. Rusia saat ini memompa sekitar 10.000 hingga 20.000 barel per hari di bawah tingkat Oktober, dan permintaan dari pelanggan cukup stabil," kata Novak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper