Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Kian Perkasa di Rp14.820, Pelemahan Rupiah Tertinggi di Asia

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 142 poin atau 0,97% di level Rp14.820 per dolar AS,
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah merosot nyaris 1% pada akhir perdagangan hari ini, Senin (12/11/2018), bersama dengan mayoritas mata uang di Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 142 poin atau 0,97% di level Rp14.820 per dolar AS,

Mata uang Garuda sebelumnya dibuka dengan pelemahan 85 poin atau 0,58% di posisi Rp14.763 per dolar AS, setelah berakhir terdepresiasi cukup tajam 0,96% atau 139 poin di level Rp14.678 per dolar AS pada perdagangan Jumat (9/11).

Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.735-Rp14.836 per dolar AS.

Rupiah melemah paling tajam di antara seluruh kurs lain di Asia yang juga tertekan. Menyusul rupiah, rupee India merosot 0,63%, diikuti won Korea Selatan yang melemah 0,50%.

Mata uang di Asia tertekan indeks dolar AS melanjutkan penguatannya seiring dengan ekspektasi para pedagang bahwa bank sentral AS Federal Reserve akan tetap memperketat kebijakan moneternya.

Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau lanjut naik 0,59% atau 0,576 poin ke level 97,481 pada pukul 17.15 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka menguat 0,148 poin atau 0,15% di level 97,053, setelah pada perdagangan Jumat (11/11) berakhir menguat 0,19% atau 0,181 poin di posisi 96,905. 

The Fed telah mengindikasikan kembali rencananya untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember, disusul dua kenaikan suku bunga lebih lanjut sebelum pertengahan 2019 didukung ekonomi yang menggairahkan dan meningkatnya tekanan upah.

"Dollar telah bertahta kembali. Setelah The Fed (pekan lalu) investor cukup senang untuk kembali kepada dolar. Mata uang Eropa terlihat paling rentan," kata Valentin Marinov, kepala analis valas di Credit Agricole, seperti dikutip Reuters.

Greenback juga mendapatan keuntungan dari tawaran terhadap mata uang safe haven saat pelaku pasar menjauhi aset berisiko akibat ketegangan perdagangan AS-China, perlambatan ekonomi di China, ketidakpastian Brexit, juga kebuntuan antara Roma dan Uni Eropa atas rencana Italia untuk anggaran dan defisit fiskal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper