Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG & Rupiah Sama-Sama Terpeleset di Pengujung Pekan. Ada Apa?

Reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya terpatahkan pada pengujung perdagangan pekan ini, Jumat (9/11/2018), di tengah aksi jual yang meluas di pasar saham global.
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya terpatahkan pada pengujung perdagangan pekan ini, Jumat (9/11/2018), di tengah aksi jual yang meluas di pasar saham global.

IHSG ditutup merosot 1,72% atau 102,65 poin di level 5.874,15, penurunan terbesar sejak anjlok sekitar 2% pada 11 Oktober, setelah berakhir menguat 0,61% atau 36,92 poin di posisi 5.976,81 pada Kamis (8/11).

Indeks meluncur turun dari level penutupan tertinggi sejak 31 Agustus yang mampu dibukukan pada Kamis sekaligus mematahkan reli penguatan selama delapan sesi perdagangan beruntun sebelumnya.

Pelemahan IHSG dimulai saat dibuka di zona merah dengan turun 0,71% atau 42,63 poin di level 5.934,18 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 5.859,09 – 5.936,03.

Dari 614 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 115 saham menguat, 275 saham melemah, dan 224 saham stagnan. Seluruh sembilan sektor menetap di teritori negatif, dipimpin konsumer (-5,08%), properti (-1,51%), dan finansial (-1,31%).

Sejumlah saham emiten konsumer pun menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG, yakni saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing melemah 10,29% dan 4,67%.

Dilansir Bloomberg, pelemahan IHSG turut terdampak kekhawatiran bahwa rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengubah perhitungan bobot indeks LQ45 dan IDX30 akan menyebabkan berkurangnya bobot sejumlah saham.

"Bursa Efek Indonesia berencana untuk memodifikasi IDX30 dan LQ45. IDX30 dan LQ45 akan menggunakan rasio free float sebagai komponen perhitungan," ujar Presiden Direktur BEI Inarno Djajaji, seperti dikutip Bloomberg.

Hal ini pun memicu pelemahan saham HMSP, di antaranya, mengingat free float HMSP saat ini hanya 7,5%, sehingga bobot sahamnya dapat berkurang, menurut Michael Wilson Setjoadi, seorang analis di Rhb Research Institute Sdn Bhd.

Di sisi lain, saham-saham dengan free float yang besar akan mendapatkan manfaat dari penerapan perhitungan ini.

Turut menekan IHSG, reli aksi beli bersih atau net buy oleh investor asing yang telah tercatat selama 11 hari beruntun terpatahkan hari ini. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing membukukan aksi jual bersih atau net sell senilai sekitar Rp42,93 miliar.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis 27 juga terpeleset dari reli yang mampu dibukukan delapan hari beruntun sebelumnya. Indeks Bisnis 27 ditutup anjlok 2,26% atau 12,15 poin di level 525,02, setelah berakhir menguat 0,75% di posisi 537,17 pada Kamis (8/11).

Di Asia Tenggara, mayoritas indeks saham memang terpantau memerah petang ini, di antaranya indeks PSEi Filipina (-0,95%), indeks FTSE Straits Times Singapura (-0,49%), indeks FTSE KLCI Malaysia (-0,77%), dan indeks SE Thailand (-0,64%).

Di wilayah lainnya di Asia, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing berakhir turun 0,49% dan 1,05%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan ditutup turun 0,31%.

Indeks Hang Seng Hong Kong bahkan anjlok lebih dari 2%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing mengakhiri pergerakannya dengan melorot nyaris 1,5%, menggenapi pelemahannya sepanjang pekan ini.

Sementara itu, nilai tukar rupiah mematahkan apresiasinya dan melemah terhadap dolar AS bersama mayoritas mata uang di Asia.

Mata uang Garuda berakhir melemah 139 poin atau 0,96% di level Rp14.678 per dolar AS, sekaligus mengikis sebagian penguatan yang mampu dibukukan tiga hari berturut-turut sebelumnya.

Dilansir Reuters, bursa saham dan mata uang pasar negara berkembang (emerging market) melemah pada hari ini, mengikuti penurunan sentimen global setelah Federal Reserve AS menegaskan kembali pendiriannya terhadap pengetatan kebijakan moneter dalam pertemuan kebijakan yang berakhir pada Kamis (8/11).

Para pembuat kebijakan di otoritas moneter AS tersebut telah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini dan diperkirakan akan melakukannya kembali dalam pertemuan kebijakan berikutnya pada Desember. Sikap The Fed ini serta merta mendukung penguatan dolar AS.

Serangkaian kenaikan suku bunga oleh The Fed telah menyedot uang dari pasar negara berkembang tahun ini, dan, dengan perkiraan kenaikan lebih lanjut pada Desember, mata uang di seluruh negara berkembang kemungkinan akan melemah.

“Pada umumnya ada sedikit penghindaran risiko hari ini. Pasar memperkirakan kenaikan [suku bunga] pada Desember dan tidak ada perubahan signifikan dalam sikap mereka [Fed],” ujar Paul Fage, pakar strategi pasar berkembang senior di TD Securities, seperti dikutip Reuters.

Saham-saham penekan IHSG:

Kode

(%)

HMSP

-10,29

UNVR

-4,67

BBRI

-3,19

BMRI

-3,67

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

TCPI

+20,00

BBNI

+1,27

TAMU

+14,43

TPIA

+1,04

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper