Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana The Fed Bikin Wall Street Tertekan, Bursa Asia Ikutan Lesu

Bursa Asia bergerak ke posisi lebih rendah pada perdagangan pagi ini, Jumat (9/11/2018), mengekor pergerakan di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) setelah The Fed mempertahankan rencananya untuk terus menaikkan suku bunga secara bertahap.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia bergerak ke posisi lebih rendah pada perdagangan pagi ini, Jumat (9/11/2018), mengekor pergerakan di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) setelah The Fed mempertahankan rencananya untuk terus menaikkan suku bunga secara bertahap.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang turun tipis 0,06% dan mengarah menuju pelemahan sebesar 1% pekan ini setelah mampu membukukan kenaikan pada perdagangan Kamis (8/11).

Adapun indeks Nikkei Jepang turun 0,2%, indeks Kospi Korea menguat 0,2%, dan bursa saham Australia bergerak flat.

Seperti yang telah diperkirakan, bank sentral AS tersebut mempertahankan suku bunganya dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir Kamis (8/11) waktu setempat.

Namun, The Fed juga tetap di jalur untuk melakukan pengetatan biaya pinjaman secara bertahap, ditopang sehatnya perekonomian yang hanya terganggu oleh penurunan dalam pertumbuhan investasi bisnis.

Para pembuat kebijakan di otoritas moneter AS tersebut telah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini dan diperkirakan akan melakukannya kembali dalam pertemuan kebijakan berikutnya pada Desember.

Menyusul rilis pernyataan The Fed semalam, pergerakan indeks S&P 500 berakhir turun 0,25% dan Nasdaq melemah 0,53%. Saham energi merupakan penekan terbesar pada S&P seiring dengan merosotnya harga minyak mentah AS.

Padahal, kedua indeks saham utama tersebut bersama dengan Dow Jones mampu membukukan lonjakan sebesar lebih dari 2% masing-masing pascapemilu paruh waktu di AS.

“Hasil pertemuan the Fed dan pernyataannya tidak memberikan kejutan besar, tetapi mampu memperkuat pandangan bahwa kenaikan suku bunga akan datang pada bulan Desember dan hal ini memperlemah ekuitas,” kata Masahiro Ichikawa, pakar strategi senior di Sumitomo Mitsui Asset Management.

“Pernyataan The Fed datang setelah lonjakan tajam dalam ekuitas dan memberi pasar kesempatan untuk melakukan penjualan setelah rally,” lanjutnya, seperti dikutip Reuters.

Menyusul pernyataan The Fed tersebut, imbal hasil Treasury AS bertenor 2 tahun naik ke 2,977%, level tertinggi dalam 10,5 tahun.

Di sisi lain, harga minyak mentah terseok-seok di kisaran level terendahnya dalam delapan bulan di tengah kekhawatiran investor mengenai membengkaknya suplai minyak mentah global, lebih cepat dari yang diperkirakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper