Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Eksternal Berangsur Reda, Rupiah Lanjut Menguat

Nilai tukar rupiah ditutup melanjutkan penguatan ke Rp14.500-an per dolar AS setelah sebelumnya sempat melemah tipis pada awal sesi perdagangan dibuka. Penguatan rupiah masih didominasi oleh faktor eksternal yang mereda dan data ekonomi domestic yang memuaskan.
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melanjutkan penguatan ke Rp14.500-an per dolar AS setelah sebelumnya sempat melemah tipis pada awal sesi perdagangan dibuka. Penguatan rupiah masih didominasi oleh faktor eksternal yang mereda dan data ekonomi domestic yang memuaskan.

Pada penutupan perdagangan Kamis (8/11), rupiah ditutup melanjutkan penguatan 58 poin atau 0,39% menjadi Rp14.533 per dolar AS. Rupiah mencatatkan pelemahan di hadapan dolar AS selama 2018 berjalan sebesar 6,73%. Adapun, indeks dolar AS juga menguat tipis 0,11% menjadi 96,11.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan penguatan rupiah kali ini karena sejumlah faktor eksternal yang mereda, membuat dorongan untuk penguatan indeks dolar AS banyak berkurang. Akan tetapi, penguatan rupiah akan terbatas karena pasar menantikan hasil pertemuan Federal Reserve AS.

“Masalah Brexit yang sudah aman, dan permintaan revisi anggaran belanja Italia dari Uni Eropa yang mendapat respons positif dari pemerintahnya membuat faktor pendorong penguatan dolar AS berkurang sehingga membawa rupiah menguat,” kata Ibrahim kepada Bisnis, Kamis (8/11/2018).

Kemudian, dari sisi perang dagang, Pemerintah China akan melakukan pertemuan yang kemungkinan besar bisa menuju ke perdamaian dengan Amerika Serikat, karena dari hasil pemilu di AS di mana partai Demokrat sebagai oposisi menang.

Artinya, dukungan untuk Trump dari House of Representative AS kemungkinan akan berkurang dan melemahkan pemerintahan Trump dan dengan sendirinya Trump harus melakukan kerja sama dengan China.

“China sendiri trade balance-nya mengalami surplus dan bagi mata uang yuan itu cukup bagus. Kalau indeks dolar AS naik hari ini, karena mengantisipasi pernyataan The Fed nanti malam [Kamis, 8/11],” lanjutnya.

Menurut Ibrahim, yang sedang dinantikan oleh pasar adalah testimoni dari Kepala The Fed Jerome Powell. Sebelumnya yang sudah diantisipasi adalah pernyataan bank sentral AS yang menaikkan suku bunga lagi pada Desember, dua kali lagi pada 2019, dan dua kali pada 2020.

“Kalau ada perubahan, indeks dolar bisa melemah karena berarti The Fed tidak konsisten, tapi kalau tidak, indeks dolar AS bisa menguat bisa kembali ke 96,50,” papar Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper