Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat Hari Ketiga, Analis Sebut Investor Lepas Dolar AS

Rebound indeks dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya belum mampu membendung momentum penguatan mata uang Garuda. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru lanjut menguat pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (8/11/2018).
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Rebound indeks dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya tidak menghalangi momentum penguatan mata uang Garuda.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru lanjut menguat pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (8/11/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 51 poin atau 0,35% di level Rp14.539 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat menembus kisaran level Rp14.470 hari ini.

Padahal, mata uang Garuda sempat terpeleset dari penguatan tajamnya pada Rabu (7/11) setelah dibuka terdepresiasi 24 poin atau 0,16% di level Rp14.614 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini rupiah bergerak di level Rp14.473-Rp14.669 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Rabu (7/11), rupiah berakhir menguat tajam 1,45% atau 214 poin di Rp14.590 per dolar AS. Dengan demikian, rupiah telah membukukan apresiasi terhadap dolar AS sebesar 2,96% atau 438 poin dari depresiasinya di level Rp14.977 pada Senin (5/11).

Sejalan dengan rupiah, reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses berlanjut pada akhir perdagangan hari kedelapan berturut-turut didukung aliran dana yang terus deras mengalir masuk.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi beli bersih atau net buy senilai sekitar Rp1,1 triliun pada perdagangan hari ini, sekaligus merupakan aksi beli bersih hari ke-11 berturut-turut.

Sejumlah mata uang di Asia ikut menguat, dipimpin won Korea Selatan yang terapresiasi 0,59%. Sebaliknya, baht Thailand yang melemah 0,36% pada pukul 18.07 WIB, memimpin depresiasi beberapa mata uang lainnya.

“Apresiasi rupiah, bersama dengan mata uang lainnya di Asia, didorong oleh pulihnya permintaan menjelang pembicaraan perdagangan yang akan datang antara AS dan China, hasil pemilu paruh waktu di AS, dan penurunan harga minyak baru-baru ini,” kata Josua Pardede, ekonom Bank Permata, seperti dikutip Bloomberg.

Faktor-faktor tersebut mendorong investor untuk menjual dolar AS dan mengakumulasi obligasi pemerintah dalam rupiah, yang relatif menarik dengan mempertimbangkan kuatnya pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terkendali di dalam negeri.

Namun, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus tetap mengupayakan mempersempit defisit transaksi berjalan, yang dapat menimbulkan risiko baik terhadap rupiah maupun obligasi pemerintah dalam jangka pendek.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,270 poin atau 0,28% ke level 96,267 pada pukul 17.57 WIB.

Indeks dolar mulai rebound ke zona hijau saat dibuka naik 0,193 poin di level 96,190, setelah pada perdagangan Rabu (7/11) berakhir melemah 0,33% atau 0,320 poin di posisi 95,997

Rupiah bersama mayoritas mata uang di Asia pun sempat bergerak lebih rendah terhadap dolar AS saat indeks dolar menunjukkan tanda-tanda pemulihan dari pelemahannya pada Rabu akibat tertekan sentimen kemenangan Partai Demokrat di DPR AS dalam pemilu kongres.

Pasar mata uang selanjutnya sedang menantikan rilis keputusan kebijakan moneter Federal Open Market Committee (FOMC). Rapat The Fed yang berakhir pada hari ini waktu setempat diperkirakan akan mempertahankan sikap hawkish para pembuat kebijakan terhadap suku bunga, meskipun akan menahannya untuk saat ini.

Bank sentral AS tersebut telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini saat ekonomi AS tampak kuat serta mengisyaratkan satu kenaikan pada Desember berikut dua kenaikan suku bunga lebih lanjut sebelum pertengahan 2019.

“Dolar kemungkinan akan mendapatkan keuntungan di tengah prediksi bahwa The Fed akan mempertahankan sikap hawkishnya,” kata Sim Moh Siong, pakar strategi mata uang di Bank of Singapore, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper