Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat tajam melanjutkan penguatan pada perdagangan hari sebelumnya ke posisi Rp14.800-an per dolar AS karena mata uang Paman Sam melemah menuju hasil pemilihan umum jangka menengah.
Pada penutupan perdagangan Selasa (6/11), rupiah tercatat menguat 173 poin atau 1,16% menjadi Rp14.804 per dolar AS. Sepanjang tahun berjalan, mata uang Garuda mencatatkan pelemahan 8,43% di hadapan dolar AS.
Adapun, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sejumlah mata uang utama, tercatat naik tipis 0,02% menjadi 96,29 poin dari 96,27 poin pada penutupan sesi hari sebelumnya.
Analis PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra mengatakan bahwa penguatan tajam pada kurs rupiah perdagangan terakhir terjadi karena pasar masih menantikan hasil dari pemilihan umum jangka menengah di AS pada Selasa (6/11) waktu setempat.
“Pemilihan jangka menengah di AS kali ini dinilai pasar cukup fenomenal karena ada kemungkinan partai Demokrat, yang menjadi oposisi dari partai pemerintahan Presiden AS Donald Trump, kali ini akan memenangkan pemilihan umum dan mengambil kendali House of Representative atau Dewan Perwakilan Rakyat AS,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (6/11/2018).
Selain itu, Putu menuturkan bahwa data perekonomian domestik yang cukup memuaskan dan bertumbuh melebihi ekspektasi juga memberikan dorongan yang cukup besar bagi rupiah.
Selain itu, ekspektasi mengenai perang dagang yang mereda antara AS dan China yang akan membuat dolar AS melanjutkan pelemahan setelah Trump mengatakan akan kembali melakukan diskusi perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping.
Putu memproyeksikan dalam sepekan ke depan rupiah diperkirakan menguat Rp14.760 per dolar AS sebagai level support. Apabila pelemahan tidak kembali muncul dan bisa menembus level tersebut, rupiah bisa kembali menguat ke level Rp14.600 per dolar AS.
Adapun, hingga akhir tahun, Putu memproyeksi rupiah bisa menguat ke Rp14.400 per dolar AS jika perang dagang AS dan China mereda. Ekspektasi kenaikan suku bunga AS pada akhir tahun dinilai Putu tidak mampu menekan rupiah terlalu dalam.
“Ekspektasi kenaikan suku bunga sudah diantisipasi pasar dari jauh-jauh hari, jadi tidak akan memberikan pengaruh besar. Nanti yang akan menjadi penggerak rupiah selanjutnya adalah hasil pemilihan umum hari ini [Selasa, 6/11] dan kemajuan hubungan dagang AS dan China selanjutnya.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel