Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan AS Naik, Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah 6 Bulan

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember ditutup melemah 2,5% atau 1,62 poin ke level US$63,69 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Kamis (1/11/2018), level terendah sejak 9 April.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah turun ke level terendah dalam lebih dari enam bulan terakhir terkait tanda-tanda bahwa pasokan AS meningkat dan spekulasi bahwa sanksi terhadap Iran tidak akan berhasil dalam mengurangi ekspor.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember ditutup melemah 2,5% atau 1,62 poin ke level US$63,69 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Kamis (1/11/2018), level terendah sejak 9 April.

Sementara itu, minyak patokan global, Brent, untuk pengiriman Januari turun 2,58 poin ke level US$72,89 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London.

Minyak mentah Brent merosot di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak 2017, yang dilihat sebagai sinyal bearish dan biasanya memicu penjualan lebih banyak. WTI turun di bawah level teknis yang sama pada bulan Oktober.

Dilansir Bloomberg, produksi minyak mentah OPEC naik pada Oktober ke level tertinggi sejak 2016, sementara Rusia dikabarkan meningkatkan output ke level tertinggi pasca-Soviet.

Pasokan di AS melampaui Rusia pada bulan Agustus, dengan peningkatan pasokan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menyentuh level terbesar dalam sejarah AS.

Sementara itu, kekhawatiran atas hilangnya ekspor Iran berkurang setelah India dan Korea Selatan dikatakan setuju dengan AS pada garis besar keringanan.

Minyak anjlok 11% bulan lalu, terbesar sejak Juli 2016, karena melemahnya pasar saham dan konflik perdagangan AS-China menimbulkan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi.

Namun, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan para sekutunya mengirimkan sinyal beragam mengenai apakah mereka akan meningkatkan output untuk mengisi kekurangan dari kembalinya sanksi terhadap Iran yang akan berlaku pada 4 November.

"Meningkatnya persediaan minyak dan tumbuhnya output negara penghasil minyak telah menenangkan kekhawatiran pasokan terkait embargo minyak Iran," kata Norbert Ruecker, kepala penelitian makro dan komoditas di Julius Baer Group Ltd di Zurich, seperti dikutip Bloomberg.

"Sementara dalam waktu dekat, harga beresiko dari gangguan suplai lebih lanjut, minyak diperkirakan berada dalam tren penurunan menuju ke 2019."

AS mengisyaratkan pada Rabu bahwa beberapa negara dapat terus mengimpor minyak mentah dari Iran setelah sanksi berlaku penuh pada 5 November.

“Beberapa negara mungkin tidak bisa menghilangkan impor seluruhnya segera,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton. “AS ingin memberi tekanan maksimum pada Iran, tetapi tidak ingin menyakiti teman-teman.”

Sementara itu, Energy Information Administration melaporkan persediaan minyak mentah AS naik untuk minggu keenam berturut-turut mejadi 3,22 juta barel, kenaikan beruntun terpanjang sejak Maret 2017,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper