Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Catat Penurunan Bulanan Terburuk Sejak 2016

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember ditutup melemah 1,3% atau 0,87 poin ke level US$65,31 per barel di New York Mercantile Exchange pada rabu (31/10/2018), terendah sejak 15 Agustus.
West Texas Intermediate/Reuters
West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah mengakhiri Oktober dengan kinerja terburuknya dalam lebih dari dua tahun terakhir karena kekhawatiran bahwa ekonomi global akan melambat.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember ditutup melemah 1,3% atau 0,87 poin ke level US$65,31 per barel di New York Mercantile Exchange pada rabu (31/10/2018), terendah sejak 15 Agustus.

Minyak WTI melemah 11% sepanjang bulan Oktober, terbesar sejak Juli 2018.

Sementara itu, minyak Brent untuk bulan Desemberditutup melemah 0,44 ke posisi US$75,47 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global diperdagangkan lebih tinggi US$10,16 dibandingkan WTI.

Dilansir Bloomberg, pelemahan ekuitas global dan perang perdagangan AS-China menggerakkan kekhawatiran pertumbuhan permintaan. Data pasokan AS juga menunjukkan kenaikan mingguan keenam berturut-turut dalam persediaan minyak mentah domestik.

"Ada perasaan bahwa ekonomi global mengalami sedikit perlambatan dan permintaan pada 2019 tidak cukup kuat seperti yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir," ungkap Brian Kessens, yang membantu mengelola aset energi senilai US$16 miliar di Tortoise, seperti dikutip Bloomberg.

Di atas kekhawatiran permintaan, semua mata tertuju pada dampak dari sanksi terhadap Iran yang akan berlaku 4 November, dengan banyak yang mengambil pandangan bahwa Arab Saudi dan OPEC akan memompa cukup banyak minyak untuk mengisi kekurangan pasokan.

“Kami tepat di titik ujung sanksi Iran yang berpengaruh penuh. Mereka mungkin bisa mendapatkan lebih banyak barel ke pasar dengan cara yang lebih rahasia, tetapi itu berarti wait and see,” kata Stewart Glickman, analis energi di CFRA Research.

“Di sisi permintaan, ada ketakutan besar dan ini adalah faktor yang masuk akal untuk dikhawatirkan. Ada potensi resesi yang akan menggerogoti PDB, dan tentu saja, PDB dan permintaan minyak global memiliki korelasi yang cukup baik,” lanjutnya.

Sementara itu, Energy Information Administration melaporkan stok minyak mentah AS naik 3,22 juta barel pekan lalu, sementara pasokan distilasi dan bensin menurun. Data juga menunjukkan tingkat pemanfaatan kilang meningkat untuk minggu kedua berturut-turut, menandakan pemeliharaan musiman akan segera berakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper