Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Dolar AS Tembus 97, Harga Emas Tertekan

Harga emas melorot ke posisi terendah selama 2 pekan karena saham Asia kembali bangkit dan dolar Amerika Serikat menyentuh titik tertinggi selama beberapa bulan sebelum rilis data ekonomi AS.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas melorot ke posisi terendah selama 2 pekan karena saham Asia kembali bangkit dan dolar Amerika Serikat menyentuh titik tertinggi selama beberapa bulan sebelum rilis data ekonomi AS.

Meski mengalami penurunan, harga logam kuning itu masih dalam jalurnya untuk mengakhiri penurunan selama 6 bulan, penurunan terpanjang sejak 1997.

Pada perdagangan Rabu (31/10) harga emas spot mengalami penurunan 5,37 poin atau 0,44% menjadi US$1.217 per troy ounce dan mencatatkan penurunan harga sebanyak 6,54% selama tahun berjalan. Harga emas spot sudah naik 2,4% sepanjang Oktober.

Adapun, harga emas Comex tercatat turun 6,30 poin atau 0,51% menjadi US$1.219 per troy ounce dan tercatat turun 6,48% secara year-to-date (ytd).

Kepala Diler Emas Lee Cheong di Hongkong Ronald Leung mengatakan bahwa penguatan dolar AS dan pulihnya ekuitas sudah kembali membawa tekanan bagi harga emas.

“Pasar saat ini fokus pada rilis data ekonomi AS pada Jumat [2/11] seperti data nonfarm payroll dan pemilihan umum jangka menengah pada pekan depan untuk menentukan harga,” ungkapnya, dikutip dari Reuters, Rabu (31/10/2018).

Pada sesi yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sejumlah mata uang utama tercatat naik 0,02% menjadi 97,03 dari saat dibuka di posisi 96,98.

Pemilihan umum jangka menengah AS pada 6 November mendatang akan menentukan apakah partai Republikan atau Demokrat yang akan mengendalikan kongres AS selanjutnya.

Dalam pasar yang lebih luas, saham Asia kembali pulih dari pelemahan ke posisi terendah selama 20 bulan karena adanya rebound di Wall Street, meskipun investor tetap bersikap hati-hati.

Kemudian, dolar AS juga melayang di dekat titik tertingginya selama 16 bulan telah menguatkan kemungkinan kenaikan suku bunga selanjutnya dari Federal Reserve AS.

“Jika dolar AS terus menguat, terutama di hadapan mata uang negara berkembang, maka akan semakin menambah tekanan pada harga emas,” kata Hussein Sayed, Kepala Pakar Strategi Pasar di Forextime (FXTM).

Sayed menambahkan, selama inflasi tidak menjadi ancaman atau ekuitas turun lagi dari level saat ini, investor mungkin akan memilih instrumen investasi berimbal hasil dibandingkan berinvestasi emas. Hal itu yang membuat dolar AS semakin kuat.

Harga emas sudah tergelincir lebih dari 11% sejak menyentuh puncaknya di US$1.346 per troy ounce pada April tahun ini karena investor beralih menggunakan dolar AS sebagai aset lindung nilai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper