Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Ancam Tarif Baru Perang Dagang, Harga Minyak Kian Tertekan

Harga minyak kembali memerah karena adanya kabar kenaikan tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China bakal menahan pertumbuhan permintaan global bersamaan dengan cadangan minyak AS yang terus naik.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kembali memerah karena adanya kabar kenaikan tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China bakal menahan pertumbuhan permintaan global bersamaan dengan cadangan minyak AS yang terus naik.

Pada perdagangan Selasa (30/10) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,39 poin atau 0,58% menjadi US$6665 per barel. Secara year-to-date (ytd) harga minyak WTI sudah mencatat kenaikan sekitar 11%.

Adapun, harga minyak Brent tercatat turun 0,62 poin atau 0,80% menjadi US$76,72 per barel dan mencatatkan kenaikan harga sekitar 15% sepanjang tahun ini.

Pemerintah AS mengatakan tengah mempersiapkan tarif dagang baru kepada seluruh barang impor China jika diskusi antara presiden kedua negara gagal meredakan ketegangan dagang. Sementara itu, cadangan minyak mentah AS juga diprediksi naik selama 6 pekan beruntun.

Harga minyak mentah sudah mengalami penurunan sekitar 9% selama sebulan terakhir, penurunan bulanan terburuk sejak Juli 2016. Sementara itu, tensi perang dagang yang terus menguat antara dua negara kekuatan ekonomi dunia memicu kekhawatiran akan permintaan energi global.

Saat ini, trader juga masih mengawasi dengan ketat kelanjutan nasib cadangan minyak Iran yang akan ditarik dari pasar ketika AS sudah memberlakukan sanksinya pada awal bulan depan.

Analis senior di Danske Bank Naervig Pedersen mengatakan bahwa saat ini investor sedang mengkhawatirkan tentang pertumbuhan ekonomi global.

“Arab Saudi sudah berjanji untuk meningkatkan produksinya, bersamaan dengan kenaikan cadangan minyak AS. Hal itu membuat kekhawatiran akan penyusutan pasokan mereda di pasar minyak,” ungkapnya, dikutip dari Bloomberg, Selasa (30/10/2018).

Apabila pertemuan berencana antara Predisen AS Dobald Trump dengan Presiden China XI Jinping tidak membuahkan hasil dan kemajuan pada pertemuan negara anggota Group of 20 (G20) di Buenos Aires bulan depan, Pemerintah AS akan mempersiapkan daftar baru yang bisa diaplikasikan pada produk China yang belum terkena tarif sebelumnya.

Di AS, cadangan minyak mentahnya diperkirakan akan naik 3,11 juta barel pada pekan lalu berdasarkan estimasi survei Bloomberg sebelum data resmi dari Energy Information Administration (EIA) AS dirilis pada Rabu (31/10).

Kenaikan tersebut akan mencatatkan pertumbuhan selama enam pekan berturut-turut dan menjadi kenaikan pasokan dengan sesi terpanjang sejak Maret 2017.

Kabar minyak lainnya, produsen minyak dan gas (migas) di Amerika Utara telah menghasilkan pertumbuhan yang salah, yang menjadi kekhawatiran bagi para investor. Produksi di Amerika Utara terlalu banyak, tetapi tidak menghasilkan uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper