Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Pasar pada Perekonomian China Tekan Harga Nikel

Harga nikel memimpin pelemahan di antara seluruh logam industri lainnya menuju penurunan selama 5 pekan berturut-turut. Investor masih menantikan perincian selanjutnya dari respons pembuat kebijakan China mengenai perlambatan perekonomian.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga nikel memimpin pelemahan di antara seluruh logam industri lainnya menuju penurunan selama 5 pekan berturut-turut. Investor masih menantikan perincian selanjutnya dari respons pembuat kebijakan China mengenai perlambatan perekonomian.

Saham di Shanghai anjlok bersamaan dengan pelemahan mata uang yuan offshore selama 6 hari beruntun dan menuju titik terendahnya selama sedekade. Indikator awal dari negara dengan perekonomian teratas di Asia yang mulai menuju kemunduran sepanjang Oktober di tengah perang dagang dengan Amerika Serikat.

Yuan melemah mendekati titik terendah selama sedekade karena taruhan bearish terus meningkat. Data PMI di China juga turut memberikan indikasi akan perubahan kondisi perekonomian di China.

Pada Senin (29/10) yuan tercatat melemah 0,25% menjadi 6,96 per dolar AS dan melemah 6,87% sepanjang tahun ini.

Analis Argonaut Securities Helen Lau menuturkan bahwa selain perlambatan pertumbuhan ekonomi di China, penurunan harga nikel saat ini salah satunya turut disebabkan oleh kekhawatiran pasar akan proyek baterai nikel berbiaya rendah di Indonesia.

Pada Senin (29/10), harga nikel di bursa London Metal Exchange turun 1% atau 115 poin menjadi US$11.785 per ton dari penutupan perdagangan Jumat (26/10) dan turun dari awal sesi perdagangan dibuka di US$11.790 per ton. Secara year-to-date (ytd) harganya anjlok 6,75%.

“Kami belum melihat ada pendorong dan sentimen positif bagi harga nikel dan logam industri lainnya untuk jangka pendek. Salah satu yang bisa mendorong harga adalah angka PMI China pekan ini, banyak yang mau melihat perkebangan ekonomi China setelah perang dagang dengan AS,” ungkap Lau, dikutip dari Bloomberg, Senin (29/10/2018). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper