Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Pasar Wait and See, Minyak Diperdagangkan di Bawah US$68

Harga minyak mentah diperdagangkan di bawah level US$68 per barel pada perdagangan Senin (29/10/2018) karena pelaku pasar bersikap wait and see terhadap sinyal pasokan dari produsen.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah diperdagangkan di bawah level US$68 per barel pada perdagangan Senin (29/10/2018) karena pelaku pasar bersikap wait and see terhadap sinyal pasokan dari produsen.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2018 terpantau melemah 0,37% atau 0,25 poin ke level US$67,34 per barel pada pukul 13.42 WIB di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak Brent kontrak Desember 2018 juga melemah 0,4% atau 0,31% ke level US$77,31 per barel di ICE Futures Exchange.

Dilansir Bloomberg, Rusia memperkirakan dapat mempertahankan tingkat output-nya di atas rekor pada era-Soviet atau meningkatkan produksi lebih lanjut, dan memperingatkan adanya potensi kekurangan pasokan.

Pernyataan tersebut hanya beberapa hari setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya mengisyaratkan mereka dapat memangkas produksi pada 2019.

Minyak telah merosot sekitar 12% dari level tertinggi dalam empat tahun terakhir di awal bulan ini karena pelemahan di pasar ekuitas global menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi di tengah peningkatan persediaan minyak mentah AS.

Dengan sanksi baru dari AS terhadap Iran yang akan berlaku penuh pekan depan, para pelaku pasar mencari tanda-tanda apakah OPEC dan mitra-mitranya mampu (dan berkeinginan) untuk meningkatkan produksi guna mengisi kemungkinan adanya celah pasokan.

"Saya memperkirakan investor akan mengambil sikap wait and see minggu ini sebelum kembalinya sanksi terhadap Iran dan pemilihan paruh waktu di AS," kata Makiko Tsugata, analis senior di Mizuho Securities Co., seperti dikutip Bloomberg.

Makiko mengatakan, meskipun ada potensi penurunan ekspor Iran, kelebihan pasokan masih akan terjadi jika Arab Saudi dan Rusia meningkatkan produksi dan produksi AS terus meningkat.

Sementara itu, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan kepada wartawan di Istanbul, Turki, bahwa dia tidak melihat alasan untuk mengurangi produksi dan bahwa ada risiko defisit di pasar minyak.

Produksi minyak Iran pada bulan September naik hampir 150.000 barel per hari dari bulan sebelumnya menjadi 11,356 juta, level tertinggi setelah era Soviet.

Demikian pula, Arab Saudi mengatakan pekan lalu bahwa mereka dapat lebih meningkatkan produksinya untuk mengurangi kekurangan pasokan bahkan setelah telah meningkatkan output menjadi 10,7 juta barel per hari, mendekati level tertinggi sepanjang masa.

Menteri Energi Khalid Al-Falih mengatakan OPEC dan rekan-rekannya berada dalam posisi untuk "menghasilkan sebanyak-banyaknya" untuk memenuhi permintaan dan mengganti kekurangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper