Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Emiten Top-7 Kinclong, Diyakini Berlanjut Hingga Akhir 2018

Di tengah fluktuasi perekonomian nasional, kinerja emiten berkapitalisasi pasar jumbo (big caps) diprediksi melanjutkan tren positif sampai dengan akhir 2018 seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat dan harga komoditas.
Kinerja Top-7 emiten selama kuartal III/2018./Bisnis-Radityo Eko
Kinerja Top-7 emiten selama kuartal III/2018./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah fluktuasi perekonomian nasional, kinerja emiten berkapitalisasi pasar jumbo (big caps) diprediksi melanjutkan tren positif sampai dengan akhir 2018 seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat dan harga komoditas.

Kinerja emiten papan atas menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (29/10/2018). Berikut laporannya.

Hingga Jumat (26/10/2018), sebanyak tujuh dari 10 emiten big caps telah merilis laporan keuangan perseroan per 30 September 2018. Seluruhnya menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih positif. (lihat grafis)

Di antara empat emiten big caps dari sektor perbankan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencetak pertumbuhan pendapatan tertinggi, yakni 10,59% secara tahunan. Namun, pertumbuhan laba tertinggi sepanjang Januari—September 2018 dibukukan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang mencapai 19,87% year-on-year (yoy).

Sementara itu, dua emiten jumbo dari sektor barang-barang konsumsi (consumer goods) mencetak pertumbuhan pendapatan yang relatif tipis. PT H.M. Sampoerna Tbk. (HMSP) hanya mencetak kenaikan pendapatan 7,25% hingga akhir kuartal III/2018. Namun, tingkat pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,87%.

Hal berbeda dialami oleh PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR). Pada Januari—September 2018, pendapatan UNVR hanya tumbuh 0,98%. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, penjualan UNVR naik 3,69% secara tahunan.

Direktur & Sekretaris Perusahaan Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso mengungkapkan di tengah kompetisi yang intensif seperti saat ini, perseroan berusaha untuk selalu meningkatkan daya saing di pasar dengan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkan. “Kami melakukan upaya efisiensi biaya secara berkesinambungan.”

Di sisi profitabilitas, PT United Tractors Tbk. (UNTR) mengantongi pertumbuhan laba tertinggi. Laba entitas Grup Astra itu melesat 60,82%. UNTR melanjutkan tren pertumbuhan laba signifikan yang dicetak pada Januari—September 2017 sebesar 77,36%.

“Secara kuartalan kinerja kami terus mengalami peningkatan. Harapannya harga batu bara stabil pada kuartal IV/2018,” tutur Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis, Minggu (28/10/2018).

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyampaikan, kinerja emiten di sektor konsumsi seperti UNVR dan HMSP akan terdorong oleh peningkatan daya beli masyarakat. Sebelumnya, emiten sektor konsumsi turut terimbas tekanan perekonomian.

Adapun, kinerja consumer goods berpotensi meningkat pada kuartal IV/2018 seiring dengan momen Natal dan Tahun Baru. Oleh karena itu, saham UNVR diperkirakan cukup menarik.

Hans menambahkan, kinerja UNTR didorong oleh memanasnya harga batu bara, yang diperkirakan berlanjut sampai dengan tahun depan. Pada 2019, permintaan alat berat dari sektor perkebunan diperkirakan mulai menanjak seiring dengan kenaikan harga minyak kelapa sawit atau CPO.

“Tahun depan dampak kebijakan B20 mulai terasa, sehingga adanya limpahan pasokan domestik dapat diserap. Permintaan alat berat di sektor perkebunan pun akan meningkat,” katanya.

Sementara itu, Head of research Samuel Sekuritas Indonesia Andy Ferdinand menuturkan, emiten perbankan diperkirakan merasakan dampak kenaikan suku bunga, khususnya pada kuartal IV/2018. Hal ini akan tercermin ke dalam peningkatan suku bunga deposito dan suku bunga kreditnya.

Sampai dengan akhir 2018, Andy memprediksi laba BBCA dapat tumbuh 9,9% menjadi Rp25,26 triliun, BBRI naik 14,6% yoy menuju Rp31,87 triliun, BBNI meningkat 12,6% menuju Rp15,1 triliun, dan BMRI naik 20,1% menjadi Rp23,72 triliun.

Andy memberikan rekomendasi beli terhadap saham BMRI dengan target Rp8.200, BBRI Rp3.800, dan BBNI Rp9.050, sedangkan BBCA disarankan hold dengan target Rp26.250. Target harga saham ini berlaku sampai dengan pertengahan 2019.

Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan, saham emiten big caps merupakan penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain itu, kinerjanya turut menjadi faktor pendorong roda perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper