Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Permintaan Suram, Harga Karet Makin Berkerut

Harga karet makin melorot pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (25/10/2018), saat aksi jual dalam saham global memperuncing kekhawatiran seputar permintaan dari produsen ban.
Petani menoreh pohon karet di kawasan perkebunan kebun karet Jawi jawi, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rabu (5/7)./ANTARA-Abriawan Abhe
Petani menoreh pohon karet di kawasan perkebunan kebun karet Jawi jawi, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rabu (5/7)./ANTARA-Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA – Harga karet makin melorot pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Kamis (25/10/2018), saat aksi jual dalam saham global memperuncing kekhawatiran seputar permintaan dari produsen ban.

Harga karet untuk kontrak teraktif Maret 2019 di Tokyo Commodity Exchange (Tocom), ditutup melorot 1,08% atau 1,80 poin di level 165 yen per kg.

Padahal, harga bahan utama pembuatan ban ini sempat rebound saat dibuka di zona hijau dengan kenaikan 0,12% atau 0,20 poin di posisi 167 pagi tadi. Pada perdagangan Rabu (24/10), karet berakhir turun 0,18% atau 0,30 poin di level 166,80.

Dilansir Bloomberg, bursa saham Asia terlihat semakin memasuki kondisi yang bearish menyusul kemerosotan dalam bursa Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan Rabu (24/10), Nasdaq ditutup turun 12,4% dari rekor level penutupan tertingginya pada 29 Agustus sekaligus membukukan persentase penurunan harian terbesar sejak 18 Agustus 2011.

Sementara itu, musim laporan keuangan untuk kuartal ketiga dapat menjadi sulit bagi produsen mobil, dengan lesunya permintaan di China, perlambatan di Eropa yang dipicu peraturan industri yang baru, kenaikan biaya komoditas, dan ketidakpastian akibat perang dagang.

“Turunnya harga minyak juga melemahkan spekulasi bahwa harga karet sintetis yang dibuat dari petroleum dapat naik, sehingga mengikis minat investor untuk kontrak berjangka [karet],” ujar Takaki Shigemoto, analis perusahaan riset JSC, seperti dikutip Bloomberg.

Harga minyak WTI kontrak Desember 2018 terpantau turun 0,60% atau 0,40 poin ke US$66,42 per barel pada pukul 14.45 WIB, setelah dibuka dengan pelemahan 0,69% di posisi 66,36.

Turut menekan gerak karet, nilai tukar yen melanjutkan apresiasinya dan menguat 0,16 poin atau 0,14% ke level 112,09 yen per dolar AS pada pukul 14.07 WIB, setelah berakhir menguat 0,18% di posisi 112,25 pada Rabu (24/10).

Penguatan nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang ini menjadi relatif lebih mahal bagi para pembeli luar negeri. Dampaknya, permintaan akan komoditas ini berpotensi menurun.

Sejalan dengan karet Tocom, di Shanghai Futures Exchange, harga karet untuk pengiriman Januari 2019 berakhir melorot 1,17% atau 140 poin di posisi 11.775 yuan per ton, penurunan pada hari ketiga berturut-turut.

Pergerakan Harga Karet Kontrak Maret 2019 di Tocom

Tanggal

Harga (Yen/Kg)

Perubahan

25/10/2018

165,00

-1,08%

24/10/2018

166,80

-0,18%

23/10/2018

167,10

-1,30%

22/10/2018

169,30

+1,50%

19/10/2018

166,80

+0,60%

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper