Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasdaq Catat Penurunan Terbesar Sejak 2011, Bursa Asia Menukik

Bursa saham Asia meluncur turun pada perdagangan pagi ini, Kamis (25/10/2018), setelah indeks saham di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) mencatatkan penurunan harian terbesarnya sejak 2011.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia meluncur turun pada perdagangan pagi ini, Kamis (25/10/2018), setelah indeks saham di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) mencatatkan penurunan harian terbesarnya sejak 2011.

Berdasarkan data reuters, indeks MSCI Asia Pacific, selain Jepang, turun 0,7%, sedangkan indeks Nikkei Jepang anjlok lebih dari 3% dan bursa saham Australia tergelincir sekitar 2% ke level terendahnya dalam lebih dari satu tahun.

Di Wall Street, proyeksi mengecewakan dari sejumlah produsen chip memukul sektor teknologi. Proyeksi ini mengikuti perkiraan yang lebih lemah dari ekspektasi pada Selasa (23/10) oleh raksasa industri Caterpillar dan 3M.

Indeks Nasdaq pun ditutup turun 12,4% dari rekor level penutupan tertingginya pada 29 Agustus sekaligus membukukan persentase penurunan harian terbesar sejak 18 Agustus 2011.

Pelemahan dalam saham teknologi AS menyebabkan investor memburu obligasi negara. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun pun mencatatkan penurunan terbesar sejak Mei ke 3,11%.

“Data perumahan AS yang lesu, laporan laba perusahaan yang beragam, keresahan perang dagang, dan kekhawatiran mengenai ekonomi global yang melambat, semuanya berkontribusi terhadap aksi jual,” jelas Rivkin Securities dalam risetnya, seperti dikutip Reuters.

“Sentimen investor tetap berhati-hati saat kita mengantisipasi laporan lebih dari 100 perusahaan pada S&P 500 termasuk Amazon, Alphabet, dan Comcast.”

Data yang lemah tentang manufaktur di Eropa menambah kekhawatiran atas pertumbuhan dunia, seperti halnya penurunan yang mengejutkan dalam penjualan rumah AS.

Pada Rabu (24/10), data menunjukkan penjualan rumah di AS turun ke level terendah dalam dua tahun pada bulan September. Ini menjadi tanda terbaru bahwa kenaikan suku bunga hipotek dan harga yang lebih tinggi membebani permintaan untuk perumahan.

Menambah ketegangan, kepolisian AS mencegat paket dugaan bom yang ditujukan kepada sejumlah tokoh Demokrat, termasuk mantan Presiden AS Barack Obama dan Hillary Clinton. Tindakan ini dinilai sebagai terorisme dan telah menarik kecaman luas dari berbagai pihak.

Sementara itu, tekanan internasional yang terus meningkat di Arab Saudi atas kematian jurnalis Jamal Khashoggi juga membebani sentimen investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper