Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tak Berkutik saat Mayoritas Mata Uang Asia Tertekan

Nilai tukar rupiah tak memperlihatkan banyak pergerakan berarti pada perdagangan pertama pekan ini, Senin (22/10/2018), saat mayoritas mata uang di Asia cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah tak memperlihatkan banyak pergerakan berarti pada perdagangan pertama pekan ini, Senin (22/10/2018), saat mayoritas mata uang di Asia cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot berakhir stagnan di level Rp15.187 per dolar AS, setelah mampu rebound dan ditutup terapresiasi 8 poin atau 0,05% pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (19/10).

Sebelum hanya berakhir stagnan, rupiah sempat tergelincir ketika dibuka terdepresiasi 13 poin atau 0,09% di level Rp15.200 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak tipis pada level Rp15.182 – Rp15.200 per dolar AS.

Sementara itu, mata uang lainnya di Asia mayoritas melemah, dipimpin baht Thailand dan yen Jepang yang masing-masing terdepresiasi 0,56% dan 0,27% pada pukul 18.02 WIB. Namun, won Korea Selatan mampu menguat 0,3%, diikuti dolar Taiwan yang ditutup terapresiasi 0,09%.

Di sisi lain, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau naik tipis 0,019 poin atau 0,02% ke level 95,732 pada pukul 17.51 WIB.

Pagi tadi, indeks dibuka di zona merah dengan koreksi 0,06% atau 0,056 poin di level 95,657, setelah pada perdagangan Jumat (19/10) berakhir melemah 0,19% atau 0,187 poin di posisi 95,713.

Dilansir Bloomberg, lonjakan yang dibukukan bursa saham China hari ini telah membantu pasar sekaligus mendukung penguatan mata uang won Korea Selatan dan dolar Taiwan.

Baik indeks Shanghai Composite maupun CSI 300 China membukukan lonjakan lebih dari 4% pada akhir perdagangan hari ini, terbesar sejak Maret 2016, setelah sejumlah pejabat tinggi Negeri Panda mengambil langkah untuk menopang ekonomi serta menawarkan dukungan kepada sektor swasta.

“China diperkirakan akan meluncurkan serangkaian langkah kebijakan dalam waktu dekat untuk membantu kepercayaan pasar,” ujar penasihat PBOC Ma Jun mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada Bloomberg.

Meski demikian, sebagian besar mata uang lainnya di Asia melemah saat dolar AS mengikis sebagian pelemahannya.

“Terlihat seperti kondisi geopolitik mengambil alih kendali hari ini untuk pasar di Asia, sehingga menimbulkan kewaspadaan pada pasar,” kata Christy Tan, kepala strategi pasar di National Australia Bank di Singapura.

Dari dalam negeri, pelaku pasar saat ini sedang menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang direncanakan berlangsung hingga Selasa (23/10).

Sebanyak 21 dari 30 ekonom dalam survei Bloomberg memprediksikan BI akan menahan suku bunganya BI 7-Day Repo Rate di 5,75%, sedangkan lainnya memperkirakan kenaikan sebesar 25 basis poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper