Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pergolakan Geopolitik Paksa Bursa Asia Turun

Bursa saham Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Senin (22/10/2018), di tengah pergolakan geopolitik seputar Arab Saudi, Italia, dan Brexit.
Bursa Asia/Reuters
Bursa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Senin (22/10/2018), di tengah pergolakan geopolitik seputar Arab Saudi, Italia, dan Brexit.

Dilansir Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang turun 0,25%, sedangkan indeks Nikkei Jepang tergelincir 1% dan bursa saham Korea Selatan melemah 0,7%.

Pasar menyoroti kasus seputar hilangnya jurnalis kenamaan asal Arab Saudi Jamal Khashoggi setelah pemerintah Saudi pada Minggu (21/10) menyebut pembunuhan Khashoggi di konsulat Istanbulnya sebagai kesalahan yang besar, tetapi berupaya untuk melindungi putra mahkota dari krisis yang meluas.

Pada hari Sabtu (20/10), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bergabung dengan para pemimpin Eropa dalam mendorong Arab Saudi untuk penjelasan lebih lanjut setelah pemerintah Saudi mengakui perihal kematian Khashoggi di dalam konsulatnya, meskipun beberapa pekan sebelumnya terus menyangkal.

Di Eropa, Italia memiliki waktu sampai hari Senin untuk menjelaskan kepada Komisi tentang pelanggaran peraturan dan menghadapi penolakan atas rencana anggarannya.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Theresa May akan memberitahu parlemen pada hari Senin bahwa 95% dari kesepakatan perpisahan Inggris dari Uni Eropa (Brexit) kini telah diselesaikan. Namun pada saat yang sama, May juga akan menyatakan kembali penentangannya terhadap proposal Uni Eropa untuk perbatasan darat dengan Irlandia Utara

Pekan ini adalah periode puncak musim laporan keuangan korporasi AS di antaranya Amazon, Alphabet, Microsoft, dan Caterpillar.

Didukung oleh ekonomi yang kuat dan pemangkasan pajak perusahaan, laba per saham perusahaan pada S&P 500 diperkirakan tumbuh 22% pada kuartal ketiga, menurut data I/B/E/S dari Refinitiv.

“Musim dengan dasar yang absolut kemungkinan akan berakhir menjadi 'kuat' dan laporan sebagian besar perusahaan akan melebihi ekspektasi konsensus,” tulis analis JPMorgan dalam risetnya.

“Namun, tekanan terlihat meningkat di margin dalam bentuk penguatan dolar AS, gangguan rantai suplai karena ketidakpastian perdagangan, dan meningkatnya biaya.”

Prospek pertumbuhan global pada 2019 telah meredup untuk pertama kalinya, menurut jajak pendapat ekonom Reuters yang memperingatkan bahwa perang perdagangan AS-China berikut kondisi pengetatan keuangan akan memicu penurunan berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper