Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Sektor Dagang Global Kerek Harga Minyak Mentah

Tekanan Sektor Dagang Global Kerek Harga Minyak Mentah
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global kembali menghijau setelah adanya kemungkinan kenaikan permintaan dari China, konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia.

Meskipun demikian, harga minyak masih mencatatkan penurunan mingguan dua pekan beruntun karena cadangan minyak mentah AS yang membengkak dan kekhawatiran akan perang dagang global yang mengancam pertumbuhan dan aktivitas permintaan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (19/10), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan 0,47 poin atau 0,68% menjadi US$69,12 per barel untuk pengiriman November 2018. Adapun, harga minyak Brent mencatatkan kenaikan 0,49 poin atau 0,62% menjadi US$79,78 per barel.

Dalam sepekan, Brent mengalami kemerosotan hingga 0,9% dan minyak WTI kehilangan 3,1%. Kedua kontrak tersebut turun sekitar US$7 per barel di bawah titik tertingginya selama empat tahun pada awal Oktober dengan harga Brent dan WTI masing-masing pada posisi US$85 per barel dan US$75 per barel.

Diskon harga minyak WTI dengan harga minyak Brent melebar ke US$10,75 per barel dan sempat menyentuh US$11 per barel sejak 8 Juni 2018.

Permintaan dari pengilangan minyak China, pengimpor minyak terbesar dunia, mengalami kenaikan pada September ke level rekor sebanyak 12,49 juta barel per hari. Permintaan dari Negeri Panda itu menjadi angin segar meskipun pertumbuhan ekonomi global pada kuartal III/2018 dalam laju paling lambat sejak peristiwa krisis keuangan global.

Komisi pengawas kinerja Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC menemukan bahwa kepatuhan sejumlah produsen minyak terhadap pengurangan produksi anjlok menjadi 111% pada September dari kepatuhan 129% pada Agustus.

Negara-negara anggota organisasi energi itu sudah melaksanakan kebijakan pengurangan produksi sejak 2017 yang membuat harga minyak melambung.

“Produksi dari OPEC dan non-OPEC naik, tapi belum bisa mengimbangi penurunan produksi dari pasokan Iran, membuat pasar khawatir dengan kemampuan OPEC untuk memenuhi penyusutan ke depan,” ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associater, dikutip dari Reuters, Sabtu (20/10/2018).

Adapun, saat ini pasar tengah berfokus pada sanksi AS dan Iran, yang akan efektif berlaku pada 4 November mendatang dan dibuat khusus untuk memangkas ekspor minyak dari negara itu.

Sejumlah faktor telah menekan harga minyak dalam sepekan terkahir ketika data resmi dari Pemerintah AS menunjukkan cadangan minyak AS melonjak hingga 6,5 juta barel, membangun kenaikan selama empat pekan terakhir dan tiga kali lipat lebih tinggi dari ekspektasi analis.

Kenaikan cadangan minyak AS, terutama di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan minyak WTI, membuat pasar minyak mengetat, yang membuat harga untuk perdagangan langsung lebih murah daripada perdagangan berjangka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper