Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pefindo Kantongi Mandat Pemeringkatan Obligasi Rp32,2 Triliun

Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo masih mengantongi mandat untuk pemeringkatan dalam rangka emisi surat utang sebesar Rp32,2 triliun hingga pertengahan Oktober 2018, dengan dominasi masih pada sektor perbankan dan pembiayaan.
Obligasi
Obligasi

Bisnis.com, JAKARTA—PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo masih mengantongi mandat untuk pemeringkatan dalam rangka emisi surat utang sebesar Rp32,2 triliun hingga pertengahan Oktober 2018, dengan dominasi masih pada sektor perbankan dan pembiayaan.

Berdasarkan data Pefindo per 16 Oktober 2018, mandat pemeringkatan senilai Rp32,2 triliun tersebut terdiri atas MTN senilai Rp6,8 triliun, obligasi tunggal Rp5,1 triliun, penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi baru Rp9 triliun, realisasi PUB obligasi lama Rp10 triliun, dan sukuk Rp1,3 triliun.

Dari segi sektornya, sektor keuangan masih mendominasi, yakni bank Rp8,5 triliun dari 6 emiten dan pembiayaan Rp7,8 triliun dari 4 emiten. Selanjutnya disusul sektor properti senilai Rp4 triliun dari 2 emiten dan sektor airport 1 emiten senilai Rp3 triliun.

Ada 2 emiten dari sektor pertambangan dengan rencana nilai emisi total Rp2,1 triliun, lalu 3 emiten sektor perkebunan total Rp1,95 triliun, dan 1 emiten masing-masing pada sektor logistik dan jalan tol senilai masing-masing Rp1 triliun.

Selebihnya, tersebar di berbagai sektor lainnya dengan nilai emisi masing-masing kurang dari Rp1 triliun. Total seluruh emiten yang tengah diperingkat mencapai 28 emiten.

Vonny Widjaja, Direktur Pemeringkatan Pefindo, mengatakan bahwa beberapa emiten dalam mandat pemeringkatan tersebut sudah diperingkat dan kini siap untuk memproses emisi surat utangnya. Namun, hingga kini surat utang mereka belum resmi diterbitkan atau tercatat di bursa.

Adapun, Pefindo mencatat total penerbitan surat utang nasional hingga akhir kuartal III/2018 mencapai Rp111 triliun. Dari jumlah tersebut, nilai yang diperingkat oleh Pefindo mencapai Rp96 triliun, atau mencapai 86,5% dari total market share.

Vonny mengatakan, mandat yang diterima Pefindo tentu akan menambah realisasi nilai emisi surat utang hingga akhir tahun ini.

Namun, hal tersebut tidak berarti semuanya akan terealisasi, sebab beberapa emiten bisa saja membatalkan emisi di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dan suku bunga yang makin tinggi.

“Mungkin akan ada perusahaan yang menunda ekspansi sehingga perkiraan kami kemungkinan total emisi surat utang tahun ini akn sedikit lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” katanya, dikutip Jumat (19/10/2018).

Vonny mengatakan, sepajang tahun ini memang ada beberapa korporasi yang memutuskan untuk membatalkan emisi surat utangnya setelah memperoleh pemeringkatan dari Pefindo.

Meskipun demikian, umumnya hanya sedikit yang sampai membatalkan emisi dan penyebabnya karena peringkatnya terlalu rendah, sehingga tingkat kupon akan sangat tinggi. Pasalnya, tren suku bunga acuan Bank Indonesia serta yield Surat Utang Negara kini terus meningkat.

Tahun lalu, total emisi surat utang korporasi mencapai Rp185 triliun, terdiri atas obligasi Rp148,7 triliun, MTN Rp22,8 triliun, sukuk Rp7 triliun, dan sekuritisasi Rp6,5 triliun.

Vonny mengatakan melihat kondisi ekonomi terkini serta mandat pemeringkatan yang diterima Pefindo serta proyeksi refinancing beberapa emiten, Pefindo memperkirakan hingga akhir tahun ini akan mencapai sekitar Rp152 triliun, sedangkan tahun depan sekitar Rp148 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper