Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menguat Lagi Setelah Tertekan Data Penjualan Ritel

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) mampu beringsut naik ke zona hijau pada perdagangan siang ini, Selasa (16/10/2018), setelah sempat tertekan lesunya data penjualan ritel AS.
Karyawan memperlihatkan mata uang dolar AS di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam
Karyawan memperlihatkan mata uang dolar AS di salah satu bank di Jakarta./JIIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) mampu beranjak naik ke zona hijau pada perdagangan siang ini, Selasa (16/10/2018), setelah sempat tertekan lesunya data penjualan ritel AS.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia naik 0,09% atau 0,086 poin ke level 95,145 pada pukul 11.38 WIB.

Indeks dolar sempat melanjutkan koreksinya setelah dibuka turun tipis 0,014 poin atau 0,01% di level 95,045. Pada perdagangan Senin (15/10), indeks berakhir melemah 0,17% atau 0,162 poin di posisi 95,059.

Koreksi dolar AS sebelumnya diakibatkan rilis data penjualan ritel yang mencatat kenaikan lebih lesu dari perkiraan pada bulan lalu. 

Dilansir Reuters, penjualan ritel hampir tidak mencatat kenaikan pada September saat rebound pada pembelian kendaraan bermotor diimbangi penurunan terbesar dalam hampir dua tahun pada pembelanjaan di restoran-restoran dan bar-bar.

Penjualan ritel naik tipis 0,1%  bulan lalu setelah kenaikan yang sama pada bulan Agustus, serta lebih kecil dari prediksi ekonom dalam survei Reuters untuk kenaikan sebesar 0,6%.

Sementara itu, warga Amerika mengurangi pengeluaran mereka di restoran-restoran dan bar-bar, dengan penjualan turun 1,8%, penurunan terbesar sejak Desember 2016 serta lebih kecil dari kenaikan 0,3% pada Agustus.

Pelemahan greenback juga dialami seiring dengan turunnya imbal hasil obligasi AS dari level tertinggi dalam tujuh tahun yang dibukukan pekan lalu. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun siang ini berkonsolidasi di 3,16%, setelah menyentuh 3,26% pada 9 Oktober.

Untuk sejumlah analis, dolar AS belum bergerak seperti mata uang safe haven saat ini.

“Bahkan ketika ekuitas AS ambruk dan ada suasana menghindari aset berisiko di pasar global, dolar tidak diperdagangkan kuat seperti yang diharapkan,” kata Ray Attrill, kepala strategi mata uang di National Australia Bank, seperti dikutip Reuters.

Mengangkat pergerakan dolar AS adalah pelemahan nilai tukar yen Jepang. Nilai tukar yen terpantau terdepresiasi 0,23 poin atau 0,21% ke level 112 yen per dolar AS, setelah berakhir menguat 0,44 poin di posisi 111,77 pada Senin (15/10).

Yen sebelumnya telah menarik minat pembeli di tengah ketegangan antara kekuatan Barat dan Arab Saudi.

Negeri Timur Tengah tersebut telah mendapat tekanan dari dunia internasional sejak seorang wartawan terkemuka asal Saudi, Jamal Khashoggi, menghilang pada 2 Oktober setelah mengunjungi konsulat Saudi di Istanbul, Turki.

Perkembangan terkini, pemerintah Kerajaan Arab Saudi dilaporkan sedang mempersiapkan pengakuan kematian jurnalis Jamal Khashoggi dalam proses interogasi. Demikian disampaikan Reuters mengutip CNN dan New York Times, Senin (15/10), setelah Presiden AS Donald Trump berspekulasi dengan menyebut "pembunuh iseng" mungkin bertanggung jawab.

Trump telah mengirim Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk bertemu Raja Salman terkait kasus yang "mengganggu" hubungan Amerika dengan Saudi.

Mengutip dua sumber tak dikenal, CNN mengatakan pada Senin bahwa Arab Saudi sedang mempersiapkan laporan yang akan mengakui Khashoggi terbunuh akibat interogasi yang salah. Pemerintah Saudi tidak dapat dihubungi segera untuk mengomentari laporan CNN.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

16/10/2018

Pk. 11.38 WIB

95,145

(+0,09%)

15/10/2018

95,059

(-0,17%)

12/10/2018

95,221

(+0,21%)

11/10/2018

95,017

(-0,51%)

10/10/2018

95,508

(-0,17%)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper