Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Naik, Dipicu Tensi Geopolitik Soal Hilangnya Jurnalis Arab Saudi

Harga minyak mentah menguat pada perdagangan siang ini, Senin (15/10/2018), saat ketegangan geopolitik seputar hilangnya seorang jurnalis asal Arab Saudi memicu kekhawatiran tentang suplai minyak.
Harga minyak naik/Ilustrasi
Harga minyak naik/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada perdagangan siang ini, Senin (15/10/2018), saat ketegangan geopolitik seputar hilangnya seorang jurnalis asal Arab Saudi memicu kekhawatiran tentang suplai minyak.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November 2018 naik 0,66% atau 0,47 poin ke level US$71,81 per barel di New York Mercantile Exchange pukul 14.25 WIB.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Desember 2018 menguat 0,92% atau 0,74 poin ke level US$81,17 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London.

Baik minyak WTI dan Brent memperpanjang penguatan yang dibukukan pada perdagangan Jumat (12/10) setelah mengalami kemerosotan berturut-turut yang dalam pada perdagangan Rabu (10/10) dan Kamis (11/10).

Arab Saudi telah berada di bawah tekanan sejak Jamal Khashoggi, seorang kritikus terkemuka yang telah meninggalkan negara tersebut dan tinggal di Amerika Serikat (AS), dikabarkan menghilang pada 2 Oktober setelah mengunjungi kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Pihak Kerajaan Saudi menyatakan akan membalas terhadap sanksi ekonomi yang kemungkinan diambil oleh negara-negara lain terkait kasus ini, seperti dilaporkan kantor berita negara SPA pada hari Minggu (14/10) mengutip sumber resmi.

“Pasar telah kembali menyatakan kekhawatiran atas ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah AS dan Saudi bertukar komentar seputar hilangnya jurnalis Saudi, sehingga menyebabkan lonjakan harga,” ujar Wang Xiao, kepala riset minyak mentah dengan Guotai Junan Futures, seperti dikutip Reuters.

Pasar minyak mentah juga didukung data yang menunjukkan Korea Selatan tidak mengimpor minyak dari Iran pada bulan September, untuk pertama kalinya dalam enam tahun, sebelum sanksi AS terhadap negara Timur Tengah tersebut mulai berlaku pada bulan November.

“Langkah Korea Selatan untuk menghentikan impor minyak Iran memberi pasar kepercayaan tentang harga,” kata Chen Kai, kepala riset di Shengda Futures.

Kekhawatiran geopolitik, kekhawatiran perdagangan, dan prospek ekonomi yang lemah, lanjut Chen, dapat membuka jalan bagi perdagangan yang bergejolak pekan ini. Menurutnya, pemulihan harga hari ini terlihat rentan.

Di sisi lain, kekhawatiran tentang prospek jangka panjang untuk permintaan memberi tekanan pada harga minyak.

International Energy Agency (IEA) dalam laporan bulanannya mengatakan bahwa pasar tampak mendapat cukup pasokan untuk saat ini. IEA memangkas proyeksinya untuk pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini dan tahun depan.

Hal tersebut muncul setelah Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pekan lalu mengatakan OPEC melihat pasar minyak mendapat pasokan dengan baik dan bersikap waspada atas terciptanya kelebihan suplai pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper