Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Tambah Lunglai, Ini Faktor Penekannya

Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada hari keempat berturut-turut, saat penurunan imbal hasil obligasi AS dan kemerosotan lebih lanjut pada bursa Wall Street memperkeruh sentimen pasar.
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada hari keempat berturut-turut, saat penurunan imbal hasil obligasi AS dan kemerosotan lebih lanjut pada bursa Wall Street memperkeruh sentimen pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama di dunia turun 0,03% atau 0,031 poin ke level 94,986 pada pukul 14.18 WIB perdagangan hari ini, Jumat (12/10/2018).

Pagi tadi, indeks dibuka di zona hijau dengan kenaikan tipis 0,02% atau 0,016 poin di level 95,033, setelah pada perdagangan Kamis (11/10) berakhir melemah 0,51% atau 0,491 poin di posisi 95,017.

Indeks dolar AS siang ini terpelanting ke kisaran level 94, level terendah dalam lebih dari sepekan, setelah mampu mempertahankan pergerakannya di kisaran level 95.

Pada perdagangan Kamis (11/10), bursa Wall Street AS kian tersungkur, di tengah kekhawatiran investor atas memanasnya perang dagang antara AS dan China berikut risiko dari kenaikan suku bunga.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 2,13% di level 25.052,83, indeks S&P 500 merosot 2,06% di 2.728,37, sedangkan indeks Nasdaq Composite berakhir melemah 1,25% di level 7.329,06.

Dow Jones telah turun sekitar 7% dari rekor level tertingginya di 26.951 yang dibukukan pada 3 Oktober.

Dilansir Reuters, kenaikan harga konsumen AS yang lebih lesu daripada perkiraan menggerogoti dolar saat para pedagang memangkas pertaruhan mereka mengenai laju kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.  

Bulan lalu, The Fed memperkirakan tiga kali kenaikan suku bunga pada 2019, serta mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada Desember, yang akan menjadi yang keempat kalinya tahun ini.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun ke posisi 3,1705% pada Jumat, setelah mencapai level tertingginya dalam 10 tahun di 3,261% pada Kamis (11/10).

Di sisi lain, mata uang euro mendapatkan keuntungan dari aksi jual terhadap dolar AS dan sentimen positif dari risalah rapat European Central Bank (ECB).

Risalah rapat ECB bulan lalu mengisyaratkan bahwa ECB berada di jalur normalisasi kebijakan moneter ultra longgar tahun ini terlepas dari kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan di Eropa.   

Nilai tukar euro terpantau lanjut naik 0,02% ke US$1,1595, setelah berakhir menguat 0,63% di US$1,1593 pada perdagangan Kamis (11/10), penguatan hari kedua berturut-turut.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

12/10/2018

(Pk. 14.18 WIB)

94,986

(-0,03%)

11/10/2018

95,017

(-0,51%)

10/10/2018

95,508

(-0,17%)

9/10/201

95,668

(-0,10%)

8/10/2018

95,761

(+0,14%)

Sumber: Bloomberg

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper