Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Obligasi: Persepsi Risiko Meningkat

MNC Sekuritas memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini, Jumat (12/10/2018) imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) masih berpotensi mengalami kenaikan di tengah persepsi risiko yang masih tinggi seiring dengan berlanjutnya koreksi yang trejadi di pasar saham.
MNC Sekuritas /Istimewa
MNC Sekuritas /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - MNC Sekuritas memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini, Jumat (12/10/2018) imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) masih berpotensi mengalami kenaikan di tengah persepsi risiko yang masih tinggi seiring dengan berlanjutnya koreksi yang trejadi di pasar saham. 

I Made Adi Saputra, Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas, mengatakan bahwa dalam dua hari berturut - turut indeks Dow Jones mengalami penurunan di mana pada perdagangan kemarin ditutup turun sebesar 545,91 pts (2,13%).

Dengan demikian, dalam dua hari perdagangan telah mengalami penurunan lebih dari 1300 pts di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap kenaikan tingkat suku bunga acuan yang terlalu cepat serta adanya kemungkinan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi global. 

Selain itu, kenaikan imbal hasil pada perdagangan hari ini juga didukung oleh indikator teknikal yang masih menunjukkan tren pergerakan penurunan harga SUN dalam jangka pendek. Pada saat harga surat utang mengalami penurunan, maka imbal hasilnya akan mengalami kenaikan.

"Dengan masih adanya potensi koreksi harga dalam jangka pendek, kami melihat bahwa Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah masih akan menjadi pilihan yang manarik bagi investor," kata Made dalam riset harian, Jumat (12/10/2018). 

Dikatakan, dalam sepekan terakhir, imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami penurunan, di mana pada tenor panjang justru mengalami kenaikan imbal hasil. 

Dengan tingkat imbal hasil yang cukup tinggi serta tingkat risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan tenor panjang, beberapa seri Surat Berharga Negara ini dapat dijadikan perhatian oleh investor:  ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0069, FR0036, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0077, FR0044, FR0040 dan FR0059. 

Review Perdagangan Kemarin

Imbal hasil SUN pada perdagangan hari Kamis (11/10/2018), bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah meningkatnya persepsi risiko serta nilai tukar rupiah yang kembali mengalami pelemahan. 

Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 22 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 8 bps di mana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri SUN. Imbal hasil SUN dengan tenor pendek mengalami kenaikan imbal hasil hingga sebesar 13 bps dengan danya koreksi harga yang mencapai 40 bps. 

Adapun imbal hasil SUN dengan tenor menengah mengalami kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 10 - 15 bps dengan mengalami penurunan harga hingga sebesar 85 bps. 

Sementara itu, imbal hasil SUN dengan tenor panjang mengalami kenaikan hingga sebesar 22 bps di mana pada tenor tersebut mengalami penurunan harga yang berkisar antara 15 hingga 185 bps.

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS) seiring dengan koreksi besar yang terjadi di pasar saham. 

Kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya persepsi risiko terhadap aset - aset yang dianggap berisiko tinggi termasuk didalamnya adalah instrumen surat utang negara berkembang. 

Selain dipangaruhi oleh meningkatnya persepsi risiko, kenaikan imbal hasil juga didorong oleh faktor kembali melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. 

Dengan pelemahan yang terjadi pada perdagangan kemarin, pada tahun 2018 nilai tukar Rupiah telah mengalami depresiasi sebesar 12,39%. 

Kedua faktor tersebut mendorong investor untuk melakukan penjualan SUN di pasar sekunder, sehingga menyebabkan kenaikan imbal hasilnya. 

Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) Surat Berharga Negara di bulan Oktober 2018, dengan mengalami penurunan jumlah kepemilikan senilai Rp3,48 triliun dengan total kepemilikan senilai Rp847,37 triliun pada tanggal 10 Oktober 2018.

Imbal hasil SUN  seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 14 bps di level 9,05% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 13 bps di level 8,626%. 

Adapun untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 9 bps di level 8,33% dan untuk tenor 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 7 bps di level 8,772%.

Kenaikan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika meskipun di saat yang sama imbal hasil dari US Treasury justru mengalami penurunan. 

Kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri SUN di mana imbal hasil dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 4,235% setelah mengalami penurunan harga sebesar 15 bps. 

Sementara itu, imbal hasil dari INDO28 dan INDO43 mengalami kenaikan sebesar 2 bps masing - masing di level 4,701% dan 5,312% setelah kedua seri tersebut mengalami penurunan harga masing - masing sebesar 14 bps dan 30 bps.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan senilai Rp11,34 triliun dari 35 seri yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp1,55 triliun. 

Obligasi Negara seri FR0069 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,67 triliun dari 32 kali transaksi di harga rata - rata 100,51% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp994,59 miliar dari 73 kali transaksi di harga rata - rata 98,01%. 

Sementara itu, Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp308,25 miliar dari 26 kali transaksi di harga rata - rata 100,55% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 senilai Rp307,86 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 97,29%.

Sedangkan dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,02 triliun dari 52 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. 

Obligasi Berkelanjutan I PP Properti Tahap I Tahun 2018 Seri A (PPRO01ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp131,09 miliar dari 13 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Summarecon Agung Tahap II Tahun 2014 (SMRA01CN2) senilai Rp72,0 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 101,63%.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 35,00 pts (0,23%) pada level 15235,00 per dolar Amerika. 

Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 15223,80 hingga 15267,50 per dolar Amerika, pelemahan yang dialami pada mata uang rupiah terjadi di tengah pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap dolar Amerika. 

Mata uang won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,93% yang diikuti oleh mata uang Dollar taiwan (TWD) sebesar 0,44%. 

Adapun mata uang baht Thailand (THB) ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 0,57% yang diikuti oleh mata uang Dolar Singapura (SGD) sebesar 0,25% dan Rupe India (INR) sebesar 0,15%.

Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan yang didapati pada surat utang negara - negara maju seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham mendorong investor untuk menempatkan dananya pada instrumen investasi yang lebih aman (safe haven asset). 

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup pada level 3,163% dan tenor 30 tahun di level 3,333% relatif tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya di tengah data inflasi Amerika pada bulan September 2018 yang tumbuh dibawah perkiraan pelaku pasar. 

Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris masing - masing ditutup dengan mengalami penurunan, masing - masing di level 0,515% dan 1,677%. 

Penurunan imbal hasil juga didapati pada surat utang Jepang dan Singapura, di mana kedua surat utang tersebut masing - masing ditutup pada level 0,141% dan 2,571%.

Secara teknikal, tren penurunan harga SUN dalam jangka pendek masih terlihat seiring dengan koreksi harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. 

Namun demikian, dengan adanya penurunan harga tersebut, harga dari beberapa seri SUN telah mendekati area jenuh jual (oversold) sehingga apabila harga SUN kembali mengalami pelemahan, maka harga SUN berpotensi untuk melewati area jenuh jualnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper