Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Turun Lagi Terkena Efek Kekacauan Saham AS

Harga minyak mentah dunia melanjutkan penurunan selama dua hari berturut-turut sejak Juli karena pelemahan ekuitas AS yang luber ke pasar komoditas.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia melanjutkan penurunan selama dua hari berturut-turut sejak Juli karena pelemahan ekuitas AS yang luber ke pasar komoditas.

Pada perdagangan Kamis (11/10), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan 0,84 poin atau 1,15% menjadi US$72,33 per barel. Harga sempat menyentuh US$71,92 per barel dan mencatatkan kenaikan harga hungga 19,03% secara year-to-date (ytd).

Adapun, harga minyak Brent ikut tergelincir 0,97 poin atau 1,17% menjadi US$82,12 per barel. Pada sesi yang sama harga minyak Brent sempat menyentuh US$81,50 per barel dan naik 21,88% selama 2018 berjalan.

Harga minyak turun setelah dolar AS turun karena perang dagang antara AS dan China yang semakin memanas membuat investor menjauhi aset berisiko dari ekuitas ke minyak karena takut terkena dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Indeks S&P 500 melorot terbanyak sejak Februari bersama Nasdaq 100 yang mencapai titik terburuknya dalam tujuh tahun. Sementara itu, badai Michael juga diperkirakan menjadi badai terkuat yang akan menghantam AS sejak 1992 karena jatuh di pantai Florida.

Analis komoditas di Hyundai Futures Corp. Will Yun mengungkapkan bahwa efek meningkatnya pelemahan ekuitas dan minyak terdampak oleh aksi jual aset berisiko dan kenaikan tensi perang dagang yang dikhawatirkan dapat menghambat permintaan global.

“Jika tidak ditambah dengan perang dagang, pasar minyak mentah kemungkinan masih bisa mendapat momentumnya di tengah luasnya risiko pasokan,” paparnya, dikutip dari Bloomberg, Kamis (11/10/2018).

Harga minyak mentah sudah menyentuh harga tertingginya selama 4 tahun pada bulan ini dengan WTI dan Brent masing-masing menyentuh posisi di atas US$76 dan US$86 per barel karena kekhawatiran pasar akan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran yang berpotensi menyusutkan pasokan.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah terus menerus mendesak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memompa lebih banyak lagi demi menahan kenaikan harga.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan bahwa produsen minyak mentah yang menjadi anggotanya saat ini sangat mengkhawatirkan cadangan kapasitas produksi di tengah penurunan investasi di industri energi.

“Kami sangat prihatin melihat kemunduran di investasi pada industri minyak yang membuat pasar global ikut mengalami kemunduran,” ujarnya.

Barkindo melanjutkan bahwa dirinya ingin meyakinkan bahwa tidak ada penyusutan atau kekurangan pasokan yang terjadi di pasar minyak saat ini.

Adapun, dengan reli yang mulai berkurang, investor melanjutkan spekulasi terkait dengan kemampuan kartel itu dan sekutu lainnya bisa mengimbangi penyusutan pasokan dari Iran dan Venezuela.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper