Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Saham Jepang Anjlok Lebih dari 3,5 Persen

Dua indeks saham utama Jepang anjlok lebih dari 3,5% pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (11/10/2018), saat investor mencermati perselisihan perdagangan yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan China serta prospek untuk untuk suku bunga yang lebih tinggi.
Bursa Jepang/Reuters
Bursa Jepang/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Dua indeks saham utama Jepang anjlok lebih dari 3,5% pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (11/10/2018), saat investor mencermati perselisihan perdagangan yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan China serta prospek untuk untuk suku bunga yang lebih tinggi.

Indeks Topix berakhir anjlok 3,52% atau 62 poin di level 1.701,86, setelah dibuka di zona merah dengan melorot 1,93% atau 34,05 poin di posisi 1.729,81.

Berdasarkan data Bloomberg, dari 2.097 saham pada indeks Topix, 55  saham di antaranya menguat, 2.039 saham melemah, dan 3 saham stagnan.

Saham SoftBank Group Corp. dan Mitsubishi UFJ Financel Group Inc. yang masing-masing turun 5,83% dan 4,60% menjadi penekan utama atas anjloknya Topix pada perdagangan hari ini.

Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 ditutup anjlok 3,89% atau 915,18 poin di level 22.590,86, setelah dibuka merosot 1,97% atau 462,67 poin di posisi 23.043,37.

Sebanyak 1 saham menguat dan 224 saham melemah dari 225 saham pada indeks Nikkei. Saham Fast Retailing Co. Ltd. (-4,25%), SoftBank Group Corp. (-5,83%), dan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (-4,60%) menekan pergerakan indeks Nikkei 225 hari ini.

Di sisi lain, nilai tukar yen terpantau terdepresiasi tipis 0,01 poin atau 0,01% ke level 112,28 yen per dolar AS pada pukul 14.55 WIB, setelah berakhir menguat 0,69 poin atau 0,61% di posisi 112,27 pada perdagangan Rabu (10/10), apresiasi perdagangan hari kelima berturut-turut.

Seluruh kelompok industri menurun, dengan indeks saham yang berkaitan dengan elektronik memberi tekanan terbesar pada indeks saham acuan. Indeks Nikkei Stock Average Volatility pun melonjak 44%, terbesar sejak 6 Februari.

Pada perdagangan Rabu (10/10), indeks S&P 500 mencatat penurunan terbesarnya sejak Februari dan indeks Nasdaq 100 mengamalami hari terburuknya dalam tujuh tahun.

Lonjakan baru-baru ini pada imbal hasil obligasi AS ke level tertingginya dalam tujuh tahun memicu kekhawatiran bahwa hal itu dapat mengindikasikan pengetatan suku bunga dengan laju lebih cepat dari yang diperkirakan oleh Federal Reserve AS.

“Penurunan dalam ekuitas AS, kenaikan suku bunga, kekhawatiran baru atas friksi perdagangan antara AS dan China, dan fakta bahwa investor cenderung mengambil pendekatan yang hati-hati menjelang musim laporan keuangan, ada banyak alasan yang bertumpukan,” ujar Juichi Wako, pakar strategi di Nomura Securities Co., seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper