Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Lagi-lagi Keluhkan Harga Minyak

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lagi-lagi mengatakan bahwa harga minyak terlalu tinggi.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lagi-lagi mengatakan bahwa harga minyak terlalu tinggi.

Padahal harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) belum lama meluncur dari level tertingginya dalam empat tahun pekan lalu.

“Saya ingin lebih banyak energi [minyak], karena saya tidak suka [melihat harga] US$74,” tutur Trump kepada awak media di halaman Gedung Putih pada Selasa (9/10/2018), sebelum bertolak ke Iowa, seperti dikutip Bloomberg.

Trump mengarahkan badan perlindungan lingkungan AS (Environmental Protection Agency/EPA) untuk mencabut pembatasan bahan bakar musim panas pada bensin yang mengandung hingga 15% etanol. Hal ini memberikan kemenangan kepada para petani jagung sekaligus menarik protes dari produsen minyak.

Kepada awak media, Trump kemudian mengatakan akan mempercepat persetujuan untuk jaringan pipa di Texas, di mana penyumbatan yang terjadi telah mendorong prediksi pelambatan tingkat pertumbuhan  untuk produksi minyak dari Permian Basin.

Harga minyak acuan AS WTI kontrak November 2018 naik ke level US$76,41 per barel pada 3 Oktober, level penutupan tertinggi sejak 2014, sebagian didorong oleh kekhawatiran pasar tentang sanksi oleh AS terhadap Iran bulan depan.

Namun pada 4 Oktober, harga minyak WTI anjlok hingga hampir 3% ke level US$74,33 per barel di tengah tanda-tanda peningkatan surplus minyak mentah di Amerika Serikat.

Pada perdagangan Selasa (9/10), harga minyak naik lagi ketika Badai Michael mengakibatkan ditutupnya lebih banyak platform minyak offshore. Sekitar 40% produksi minyak di Teluk Meksiko AS ditutup, saat Badai Michael meluncur menuju Florida,

Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November ditutup naik 67 sen di level US$74,96 per barel di New York Mercantile Exchange.

Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyarankan agar Trump berpikir tentang siapa yang harus disalahkan atas harga minyak yang tinggi.

Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed Bin Salman, kepada Bloomberg News, pekan lalu mengatakan bahwa Saudi dan anggota OPEC lainnya telah menggantikan pasokan yang hilang dari Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper