Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Suplai Iran Mereda, Harga Minyak Turun

Harga minyak mentah berakhir turun pada perdagangan Senin (8/10/2018), di tengah tanda-tanda bahwa gangguan terhadap suplai Iran kemungkinan tidak seburuk yang diperkirakan.
West Texas Intermediate/Reuters
West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berakhir turun pada perdagangan Senin (8/10/2018), di tengah tanda-tanda bahwa gangguan terhadap suplai Iran kemungkinan tidak seburuk yang diperkirakan.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November ditutup di level US$74,29 per barel di New York Mercantile Exchange, level penutupan terendah sejak 28 September.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Desember turun 24 sen dan berakhir di level US$83,91 per barel di ICE Futures Europe exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium US$9,74 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Sejumlah pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan melakukan pembicaraan dengan negara-negara yang mencari pengecualian dari sanksi Amerika yang akan melarang pembelian minyak mentah dari Iran dalam beberapa pekan mendatang.

Sementara itu, Arab Saudi dan beberapa produsen sekutunya telah meningkatkan output untuk mengurangi setiap penurunan ekspor Iran.

“Minyak akan melakukan salah satu dari dua hal, naik lebih tinggi setelah sedikit penurunan ini, atau kemungkinan akan menguji ulang level US$71-72,” ujar Josh Graves, pakar strategi pasar senior di RJO Futures, Chicago, seperti dikutip Bloomberg.

Harga minyak telah rally sejak awal September di tengah kekhawatiran bahwa OPEC dan produsen utama lainnya tidak akan meningkatkan output yang cukup untuk menutupi pengiriman Iran.

Pembeli utama minyak mentah dari Iran telah menghindari atau mengurangi pembelian seiring mendekatnya tanggal pemberlakuan sanksi 4 November yang ditetapkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

Pada saat yang sama, Badai Michael siap untuk menyerang Florida Panhandle dan diperkirakan akan menjadi badai kedua yang mendarat di AS dalam sebulan. Produsen minyak dan gas alam offshore telah mulai menutup instalasi di Teluk Meksiko.

Sementara itu, menyusul tekanan Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan harga minyak yang melambung, Pangeran Arab Saudi, Mohammed Bin Salman mengatakan eksportir minyak utama dunia itu melakukan bagiannya dengan memompa minyal mendekati tingkat rekornya.

Produksi Saudi saat ini mencapai sekitar 10,7 juta barel per hari, dan Saudi itu dapat menambah 1,3 juta lebih lanjut "jika pasar membutuhkan itu," katanya dalam sebuah wawancara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper