Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Melemah 3 Sesi, Harga Logam Mulia Emas Naik Lagi

Kontrak berjangka emas berhasil mencatatkan kenaikan besar pertama dalam tiga sesi, hingga memacu kenaikan mingguan setelah rilis laporan ekonomi AS menunjukkan data pekerja pada September lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kontrak berjangka emas berhasil mencatatkan kenaikan besar pertama dalam tiga sesi, hingga memacu kenaikan mingguan setelah rilis laporan ekonomi AS menunjukkan data pekerja pada September lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi.

Data nonfarm payroll AS menunjukkan adanya pertumbuhan tenaga kerja sebanyak 134.000, sedangkan sejumlah ekonom sebelumnya memperkirakan akan ada kenaikan hingga 168.000 pekerjaan. Namun, jumlah tenaga kerja yang dihasilkan pada bulan sebelumnya masih cukup untuk menekan tingkat pengangguran AS menjadi hanya 3,7%, terendah sejak 1969.

Kepala Perdagangan Asia Pasifik Oanda Corp Stephen Innes mengatakan bahwa kemunculan data tersebut tidak dianggap terlalu penting bagi pasar. Adapun, kenaikan tingkat upah per jam tidak mengecewakan sehingga menunjukkan bahwa perekonomian AS belum melemah.

Menghadapi latar belakang itu, pada Jumat (5/10) harga emas spot sanggup menghijau 3,72 poin atau 0,31% menjadi US$1.203,63 per troy ounce dan melemah hingga 7,61% secara year-to-date (ytd). Sedangkan, harga emas Comex menguat 4 poin atau 0,33% menjadi US$1.205,60 per troy ounce dan turun hingga 8,26%.

Penguatan harga-harga logam mulia pada penutupan perdangan Jumat (5/10) disebabkan oleh pelemahan indeks dolar hingga 0,18% namun kembali lagi ke 0,12% di 95,62 setelah sebelumnya sempat menyentuh 95,51 dan mencatatkan kenaikan 0.6% dalam sepekan.

“Sepertinya emas tidak akan mendapat momentum yang cukup signifikan karena trader masih mau mengambil keuntungan dari penguatan dolar AS,” kata Innes, dikutip dari Bloomberg, Minggu (7/10/2018).

Innes menambahkan bahwa dirinya saat ini lebih fokus pada pasar China yang akan kembali aktif pada pekan ini. Selain itu, perang dagang yang antara AS dan China yang terus berlanjut dinilai bisa menjadi momen besar untuk pergerakan di pasar mata uang dibandingkan dengan hanya mempertimbangkan NFP.

Data pekerjaan AS juga masih menunjukkan penguatan selama 12 bulan belakangan meskipun melambat ke 2,8% dari 2,9%. Masih terbuka kemungkinan untuk menyentuh 3% di tengah kompetisi dengan jumlah tenaga kerja yang terus menyusut.

Kenaikan upah biasanya dikaitkan pula dengan kenaikan inflasi yang umumnya diluhat olehe investor sebagai tanda akan adanya kenaikan harga-harga komoditas.

“Penurunan jumlah pengangguran menjadi 3,7% dan kenaikan pertumbuhan tingkat upah akan membuah Federal Resever AS pada jalurnya untuk melanjutkan kenaikan suku bunga,” kata Sarah House, ekonom senior di Well Fargo Securities.

Karena logam mulia, yang biasanya digunakan sebagai aset lindung nilai oleh investor, tidak berimbal hasil, komoditas itu sangat rentan terhadap lingkup kenaikan suku bunga. Iklim tersebut juga umumnya mendorong penguatan dolar AS yang menjadi harga utama emas.

Selain itu, masih ada pemberat bagi harga emas lainnya. World Gold Council melaporkan bahwa jumlah kepemilikan dana di bursa (ETF) emas dan produk serupa yang merosot hingga 23,7 ton menjadi 2.329 ton pada September, menjadi penurunan selama empat bulan berturut dan setara dengan outflow sebanyak US$923 juta.

Hal itu menambah tekanan pada harga emas yang mengalami penurunan hingga 1,1% dalam sebulan belakangan dan menekan assets under management (AUM) dalam dolar AS melorot ke 2,3% pada Agustus.

Menurut laporan Wolrd Gold Council, pengauatn dolar AS dalam dua kuartal terakhir dan penurunan harga emas berdenominasi dolar AS telah menekan kepemilikan ETF emas. AUM secara global saat ini menjadi yang terendah selama setahun dengan penurunan hingga 18,5 ton atau setara dengan US$530 juta.

Secara year-to-date, ETF Eropa masih memimpin inflow dengan kenaikan US$2,3 miliar atau 5,8% pada kepemilikan emasnya.

Kemudian ETF Asia juga mencatatkan kenaikan yang luar biasa hingga 9,1%. Sementara itu di Amerika Utara, aliran ETF-nya masih negatif selama empat bulan beruturn karena harga emas yang anjlok, menjadi US$2,8 miliar atau 6,1% AUM sepanjang tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper