Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Melemah dari Level Tertingginya

Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November turun 2,7% atau 2,08 poin ke level US$74,33 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 13% di atas rata-rata 100 hari terakhir.
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah jatuh dari level tertinggi sejak 2014 pada perdagangan Kamis (4/10/2018) di tengah tanda-tanda peningkatan surplus minyak mentah di Amerika Serikat.

Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November turun 2,7% atau 2,08 poin ke level US$74,33 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 13% di atas rata-rata 100 hari terakhir.

Sementara itu, minyak Brent kontrak Desember melemah 1,71 poin ke level US$84,58 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global diperdagangkan lebih tinggi US$10,33 untuk WTI bulan yang sama.

Berdasarkan data Genscape Inc., tambahan 1,7 juta barel minyak disimpan dalam tangki di pusat jaringan pipa AS di Oklahoma dalam lima hari hingga 3 Oktober. Angka tersebut mengikuti penghitungan pemerintah AS hari Rabu yang menunjukkan cadangan nasional melonjak dengan marjin terparah sejak Maret 2017.

Sebelumnya, Energy Information Administration pada Rabu (3/10) menyatakan pengebor minyak mentah AS memompa 11,1 juta barel per hari pekan lalu.

"Jika Genscape benar dan kita memiliki lebih banyak minyak maka jatuhnya persediaan yang kita saksikan selama tahun lalu akan segera berakhir," kata Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy, seperti dikutip Bloomberg.

Minyak mentah telah melemah di bawah US$76 per barel untuk pertama kalinya sejak akhir 2014 karena menyusutnya produksi dari Venezuela hingga Iran memicu kekhawatiran di seluruh dunia tentang krisis pasokan.

Presiden AS Donald Trump telah berulang kali mengkritik OPEC untuk meningkatkan output. Meskipun negara-negara penghasil minyak mendapat manfaat selama reli pasar, harga pada level yang terlalu tinggi dapat membahayakan permintaan energi.

"Setelah beberapa hari terakhir bergerak menguat, saya pikir ada kekhawatiran yang meningkat tentang prospek permintaan," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper