Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi AS Menguat Membuat Rupiah Tertekan Hingga Rp15.100-an

Rupiah melemah hingga tembus Rp15.100 per dolar AS karena dolar AS menguat setelah data ekonominya mayoritas menguat melebihi ekspektasi.
Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat Rp15.043 pada 2 Oktober 2018./Bisnis-Radityo Eko
Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat Rp15.043 pada 2 Oktober 2018./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melemah hingga tembus Rp15.100 per dolar AS karena dolar AS menguat setelah data ekonominya mayoritas menguat melebihi ekspektasi.

Pada Kamis (4/10/2018), rupiah melemah 82 poin atau 0,54% menjadi Rp15.157 per dolar AS dan mencatatkan pelemahan hingga 10,56% sepanjang tahun. Nilai mata uang Garuda saat ini terkahir kali terlihat pada krisis moneter 1998 silam.

Kepala Bidang Riset dan Analis PT Monex Investindio Futures Ariston Tjendra mengungkapkan bahwa data-data ekonomi AS yang muncul cukup bagus telah berhasil menambah pelemahan rupiah.

“Data tenaga kerja AS yang disurvey oleh lembaga swasta dan data ISM non-manufaktur AS dirilis di atas perkiraan pasar Rabu malam, ditambah lagi data non-farm payroll [NFP] AS diekspektasi bakal melebihi perkiraan juga. Jadi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka,” ungkapnya dihubungi Bisnis, Kamis (4/10/2018).

Selain itu, melihat harga minyak mentah yang terus naik juga ikut membebani rupiah karena Indonesia masih merupakan pengimpor bersih minyak mentah.

“Harga minyak mentah yang terus naik juga membebani rupiah. Kenaikan harga minyak umumnya bisa menambah permintaan akan dolar AS di Indonesia untuk mengimpor minyak,” lanjutnya.

Ariston mengatakan bahwa untuk saat ini yang bisa dilakukan pemerintah hanya menurunkan defisit transaksi berjalan atau CAD misalnya dengan semakin meningkatkan ekspor dan menurunkan impor. Dia memproyeksikan rupiah akan bergerak pada kisaran antara Rp14.980 – Rp15.240 per dolar AS.

Dolar AS melanjutkan penguatannya setelah imbal hasil treasuri naik dan memacu permintaan pada greenback. Imbal hasil treasuri AS melonjak 12 basis poin ke 3,18%, tertinggi sejak Juli 2011, diikuti dengan data tenaga kerja dan layanan industri yang menguat melebihi ekspektasi.

Selain itu, Kepala Federal Reserve AS Jerome Powell juga mengatakan kemungkinan The Fed akan kenaikan suku bunga hingga pertumbuhan ekonomi global tertahan.

“Kekuatan dari data ekonomi AS, bersamaan dengan kenaikan imbal hasil AS membuat dolar kian kukuh,” ujar Ray Atrill, Kepala Perdagangan Mata Uang Asing di National Australia Bank, dikutip dari Bloomberg, Kamis (4/10/2018).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper