Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Tergelincir Setelah Reli

Harga batu bara tergelincir turun pada akhir perdagangan Kamis (27/9/2018).

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara tergelincir turun pada akhir perdagangan Kamis (27/9/2018). 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif Oktober 2018 berakhir tergelincir 0,17% atau 0,20 poin di US$114,50 per metrik ton.

Koreksi harga batu bara Newcastle kontrak Oktober 2018 pada perdagangan kemarin sekaligus mematahkan reli penguatan yang mampu dibukukan empat sesi berturut-turut sebelumnya.

Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Januari 2019 juga tergelincir dengan ditutup turun 0,78% di level 101,35, mematahkan penguatan yang dibukukan empat sesi berturut-turut sebelumnya.

Sementara itu, di Zhengzhou Commodity Exchange, harga batu bara thermal untuk pengiriman Januari 2019 berakhir turun 0,38% atau 2,4 poin di level 631 yuan per metrik ton pada perdagangan kemarin.

“Konsumsi batu bara harian oleh pembangkit listrik telah turun drastis, mendinginkan sentimen harga yang telah didorong prospek persediaan selama musim dingin,” jelas analis Huatai Futures Sun Hongyuan, dalam risetnya, seperti dilansir dari Bloomberg.

Pembakaran batu bara harian di enam generator utama China mencapai 542.000 ton pada hari Rabu, turun 23% dari tahun lalu, menurut data CCTD.

Berbanding terbalik dengan batu hitam, harga minyak berakhir menguat pada perdagangan Kamis (27/9), sehari setelah Menteri Energi Amerika Serikat (AS) menampik soal penyadapan cadangan minyak strategis.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November ditutup menguat 55 sen di level US$72,12 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan pada Kamis mencapai sekitar 38% di bawah rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman November naik 38 sen dan berakhir di level US$81,72 per barel di ICE Futures Europe exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium US$9,60 terhadap WTI.

Pada Rabu (26/9), Menteri Energi Rick Perry mengatakan pemerintah tidak berencana untuk menyadap persediaan darurat demi mencegah harga melonjak ketika sanksi AS terhadap minyak mentah Iran diberlakukan pada awal November. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa sanksi AS akan memperketat pasar.

Sebelumnya, chief executive officer Total SA mengatakan harga minyak mungkin akan bergerak menuju US$100 per barel, dan memperingatkan bahwa hal ini bisa merugikan permintaan.

“Pelaku pasar berspekulasi tentang apakah minyak akan mencapai US$100,” kata Bob Yawger, direktur divisi berjangka di Mizuho Securities USA, seperti dilansir Bloomberg. “Kita mendekati area dimana minyak dalam kondisi jenuh beli dan mungkin akan melihat sedikit penurunan.”

Harga minyak mentah AS telah mendekati level tertinggi empat tahun setelah OPEC mengisyaratkan tidak terburu-buru untuk meningkatkan produksi demi mengimbangi penurunan suplai dari Iran.

Pergerakan harga batu bara kontrak Oktober 2018 di bursa Newcastle

Tanggal                                    

US$/MT

27 September

114,50

(-0,17%)

26 September

114,70

(+0,48%)

25 September

114,15

(+1,29%)

24 September

112,70

(+0,45%)

21 September

112,20

(+0,45%)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper