Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komentar Menteri Energi AS Dongkrak Harga Minyak Naik

Harga minyak berakhir menguat pada perdagangan Kamis (27/9), sehari setelah Menteri Energi Amerika Serikat (AS) menampik soal penyadapan cadangan minyak strategis.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak berakhir menguat pada perdagangan Kamis (27/9), sehari setelah Menteri Energi Amerika Serikat (AS) menampik soal penyadapan cadangan minyak strategis.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November ditutup menguat 55 sen di level US$72,12 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan pada Kamis mencapai sekitar 38% di bawah rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman November naik 38 sen dan berakhir di level US$81,72 per barel di ICE Futures Europe exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium US$9,60 terhadap WTI.

Pada Rabu (26/9), Menteri Energi Rick Perry mengatakan pemerintah tidak berencana untuk menyadap persediaan darurat demi mencegah harga melonjak ketika sanksi AS terhadap minyak mentah Iran diberlakukan pada awal November.

Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa sanksi AS akan memperketat pasar.

Kepada awak media di Washington pada Rabu (26/9/2018), Perry menyatakan bahwa menjual sebagian dari cadangan itu akan memiliki "dampak yang cukup kecil dan jangka pendek”.

Menurutnya, ketika pemberlakukan sanksi menekan minyak mentah Iran keluar dari pasar global, ada peluang bagi produsen minyak mentah utama lainnya untuk mengisi kekosongan pasokan.

Sebelumnya, chief executive officer Total SA mengatakan harga minyak mungkin akan bergerak menuju US$100 per barel, dan memperingatkan bahwa hal ini bisa merugikan permintaan.

“Pelaku pasar berspekulasi tentang apakah minyak akan mencapai US$100,” kata Bob Yawger, direktur divisi berjangka di Mizuho Securities USA, seperti dilansir Bloomberg. “Kita mendekati area dimana minyak dalam kondisi jenuh beli dan mungkin akan melihat sedikit penurunan.”

Harga minyak mentah AS telah mendekati level tertinggi empat tahun setelah OPEC mengisyaratkan tidak terburu-buru untuk meningkatkan produksi demi mengimbangi penurunan suplai dari Iran.

Sejumlah perusahaan perdagangan memprediksi minyak akan kembali menyentuh level US$100 yang terakhir kali terlihat pada tahun 2014. Sementara itu, Bank of America Corp dan JPMorgan Chase & Co. telah meningkatkan proyeksi harga mereka.

“Saat ini kami melakukan perdagangan lebih karena kekhawatiran daripada fundamental," kata Ashley Petersen, analis pasar minyak senior di Stratas Advisors. "Mudah-mudahan pada awal tahun depan dan akhir kuartal ini, sebagian kekhawatiran itu akan keluar dari pasar."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper