Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emerging Market Tertekan, IHSG & Rupiah Ikut Terseret

Memanasnya tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memperpanjang pelemahan pasar negara berkembang (emerging market). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun berakhir turun bersama nilai tukar rupiah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (25/9/2018).
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Memanasnya tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memperpanjang pelemahan pasar negara berkembang (emerging market).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun berakhir turun bersama nilai tukar rupiah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (25/9/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 0,13% atau 7,92 poin di level 5.874,30, setelah berakhir melorot 1,27% atau 75,52 poin di posisi 5.882,22 pada Senin (24/9).

Meski sempat terseok hingga menyentuh level 5.850 setelah dibuka turun 0,12% di level 5.875,16 pagi tadi, indeks mampu mengikis pelemahannya. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.850,75 – 5.895,02.

Sektor industri dasar (-1,58%) dan properti (-0,63%) memimpin pelemahan di antara lima sektor menekan pergerakan IHSG di akhir perdagangan. Namun, empat sektor lainnya, dipimpin sektor tambang yang menguat 0,99%, mampu naik sekaligus membatasi pelemahan IHSG.

Dari 602 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 163 saham menguat, 175 saham melemah, dan 264 saham stagnan.

Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang turun 2,28% menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG, diikuti saham BMRI (-1,85%), INKP (-4,22%), dan CPIN (-2,82%).

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 berakhir turun 0,14% atau 0,72 poin di level 513,33, koreksi hari kedua berturut-turut, setelah dibuka melemah 0,22% atau 1,11 poin di posisi 512,94.

Bersama IHSG, indeks saham lainnya di Asia Tenggara mayoritas bergerak negatif sore ini dengan indeks SE Thailand (-0,04%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,32%), dan indeks PSEi Filipina (-1,36%). Adapun indeks FTSE Straits Time Singapura naik 0,53%.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing berakhir melemah 0,58% 0,90%, hari pertama pascapemberlakuan tarif oleh Tiongkok dan AS terhadap impor satu sama lain.

Dilansir Reuters, indeks pasar emerging market turun 0,5%, dengan bursa saham China melemah di tengah meningkatnya kekhawatiran atas dampak konflik perdagangan antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi global. Bursa saham mulai dari Rusia, Afrika Selatan, hingga Turki pun turun.

“Kami melihat tanda-tanda eskalasi lebih lanjut atas perang dagang antara China dan AS, dan kami melihat kemungkinan bahwa putaran tarif baru akan diumumkan ... segera pada sisa impor China, dan itu pasti akan membebani pasar negara berkembang,” kata Jakob Christensen, kepala riset emerging market di Danske Bank.

“Di atas itu, Anda melihat imbal hasil AS meningkat dan pasar cemas menunggu untuk melihat apakah The Fed akan menjadi lebih hawkish daripada sebelumnya,” lanjutnya.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik di atas 3,1% ke level tertinggi baru dalam empat bulan menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve mulai hari ini waktu setempat.

Rapat The Fed tersebut diperkirakan akan memutuskan kenaikan suku bunga, sehingga menambah kegelisahan atas biaya pendanaan untuk banyak pasar negara berkembang.

Dengan stabilnya pergerakan dolar AS, mata uang emerging market berada di bawah tekanan. Yuan China mencapai level terlemahnya dalam sebulan terhadap dolar AS, rupee India bergerak di kisaran rekor terendah yang disentuh pekan sebelumnya, dan peso Filipina menyelami level terendahnya sejak akhir tahun 2005.

Sementara itu, nilai tukar rupiah di pasar spot hari ini ditutup melemah 52 poin atau 0,35% di level Rp14.918 per dolar AS. Pada perdagangan Senin (24/9), mata uang Garuda berakhir terdepresiasi 49 poin di level 14.866.

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

(%)

UNVR

-2,28

BMRI

-1,85

INKP

-4,22

CPIN

-2,82

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

ASII

+1,05

INAF

+23,63

BBRI

+0,66

GGRM

+1,65

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper