Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS-China Masuki Babak Baru, Wall Street Loyo

Pergerakan indeks S&P 500 dan Dow Jones berakhir lebih rendah di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (24/9/2018) setelah putaran baru dari tarif perdagangan AS-China mulai diberlakukan.

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks S&P 500 dan Dow Jones berakhir lebih rendah di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (24/9/2018) setelah putaran baru dari tarif perdagangan AS-China mulai diberlakukan.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,68% atau 181,45 poin di level 26.562,05 dan indeks S&P 500 turun 0,35% atau 10,3 poin di 2.919,37. Namun indeks Nasdaq Composite mampu berakhir positif dengan kenaikan tipis 0,08% atau 6,29 poin di level 7.993,25.

Tujuh dari 11 sektor utama pada S&P kehilangan kekuatannya setelah tarif AS pada barang-barang China senilai US$200 miliar mulai berlaku pada Senin (24/9) waktu setempat, yang dibalas dengan tarif China terhadap barang-barang asal AS senilai US$60 miliar.

“Terlihat situasi penghindaran risiko secara umum, pelaku pasar menjadi sedikit lebih berhati-hati,” ujar Chris Zaccarelli, chief investment officer di Independent Advisor Alliance, North Carolina, seperti dikutip Reuters.

Padahal, pasar ekuitas AS berhasil membuat kenaikan kuat pekan lalu saat investor memiliki ekspektasi bahwa Amerika Serikat dan China akan mengadakan pembicaraan perdagangan.

Akan tetapi dengan kedua belah pihak sekarang tampak bercokol di posisi mereka, Zaccarelli mengatakan tidak akan terkejut jika semua kenaikan yang dibukukan pekan lalu terkikis.

Sektor industri, yang telah terbebani isu perang perdagangan yang berlarut-larut, menjadi salah satu hambatan terbesar pada S&P dengan penurunan 1,3%.

Sementara itu, sektor yang sensitif dengan isu suku bunga seperti konsumen, turun 1,5% dan real estate yang turun 1,9%, berada di bawah tekanan menjelang pertemuan kebijakan The Fed yang akan dimulai Selasa (25/9) waktu setempat dan diperkirakan akan berakhir dengan kenaikan suku bunga.

Di sisi lain, sektor energi membukukan persentase terbesar di antara sektor-sektor pada S&P setelah harga minyak naik ke level tertinggi dalam empat tahun, di atas US$80 per barel.

Arab Saudi dan Rusia mengesampingkan peningkatan produksi dalam waktu dekat terlepas dari permintaan Presiden AS Donald Trump untuk mengambil tindakan demi meningkatkan suplai global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper