Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan Perdagangan Kembali Tekan Bursa Asia, IHSG Melemah Lebih dari 1% Jadi 5.895 di Akhir Sesi I

IHSG melemah 1,08% atau 64,15 poin ke level 5.895,60 pada akhir sesi I, meskipun sempat dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,01% atau 0,82 poin di level 5.958,57.
Siluet pengunjung mengamati layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Siluet pengunjung mengamati layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tertekan di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (24/9/2018).

IHSG melemah 1,08% atau 64,15 poin ke level 5.895,60 pada akhir sesi I, meskipun sempat dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,01% atau 0,82 poin di level 5.958,57.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.893,60 – 5.958,57. Adapun pada perdagangan Jumat pekan lalu (21/9), IHSG ditutup menguat 0,45% atau 26,48 poin di posisi 5.957,74.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 128 saham menguat, 223 saham melemah, dan 251 saham stagnan dari 602 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia siang ini.

Sektor infrastruktur yang melemah 1,65% menjadi sektor yang turun paling  tajam di antara seluruh sembilan indeks sektoral IHSG lainnya, disusul oleh sektor konsumer yang melemah 1,56%.

IHSG melemah di saat bursa saham lain di Asia Tenggara bergerak variatif, dengan indeks FTSE Malay KLCIyang melemah 0,57%, indeks SE Thailand yang turun 0,01%, sedangkan indeks PSE Filipina dan FTSE Straits Time Singapura menguat masing-masing 0,32% dan 0,4%

Sementara itu, pergerakan  saham di Asia cenderung melemah setelah China membatalkan rencana pembicaraan tarif dengan Amerika Serikat (AS).

Hal ini kembali mendorong tensi perdagangan antara dua negara berkekuatan ekonomi besar tersebut sekaligus mengangkat daya tarik mata uang safe haven.

Dilansir Reuters, fokus investor tertuju kembali pada perang perdagangan China-AS setelah Tiongkok menambahkan produk-produk AS senilai US$60 miliar ke dalam daftar tarif impornya, membalas pemberlakuan bea masuk terhadap impor China senilai US$200 miliar efektif mulai hari ini.

China juga membatalkan rencana diskusi perdagangannya dengan Amerika Serikat, serta usulan kunjungan ke Washington oleh Wakil Perdana Penteri Liu He yang awalnya dijadwalkan untuk pekan ini, seperti dilaporkan Wall Street Journal.

Amerika Serikat, di sisi lain, belum menetapkan tanggal untuk diskusi perdagangan lebih lanjut. Meningkatnya pertikaian antara China dan AS, seperti diketahui, telah mencemaskan pasar keuangan.

“Baik AS dan China sedang menggali, dan saat ini, keduanya seakan ingin salaing memajukan ideologi perdagangan dengan menetapkan kembali tarif perdagangan," kata John Bilton, analis di JPMorgan Asset Management, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper