Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stabilisasi Harga, Emiten Gencarkan Buyback Saham

Sejumlah emiten berencana melakukan pembelian kembali atau buyback saham untuk menstabilkan harga sahamnya yang tengah tertekan kondisi pasar.
Pelajar mengamati monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Pelajar mengamati monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten berencana melakukan pembelian kembali atau buyback saham untuk menstabilkan harga sahamnya yang tengah tertekan kondisi pasar.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, ada 17 emiten yang berencana melakukan buyback. Sejumlah 16 di antaranya melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan pemegang saham pada 2018.

Dalam keterbukaan informasi, PT Cikarang Listrindo Tbk. (POWR) melaporkan maksimal 321,74 juta lembar atau 2% dari modal ditempatkan perseroan. Perkiraan biaya buyback sebanyak-banyaknya US$20 juta atau setara dengan Rp295,88 miliar. Nilai tukar menggunakan kurs tengah Rp14.794 per dolar AS pada 13 September 2018.

“Tujuan buyback untuk treasury stock. Estimasi waktu pelaksanaan akan ditetapkan setelah RUPSLB,” tutur Direktur Keuangan & Sekretaris Perusahaan POWR Christanto Pranata saat dihubungi, Senin (17/9/2018).

Direktur Utama PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) Aming Santoso menyebutkan, perseroan mendapatkan izin RUPSLB untuk melakukan buyback saham sebanyak 5% dari jumlah saham yang beredar. Persentase itu setara dengan 2,55 miliar lembar saham.

"Program buyback ini berlaku 18 bulan sejak mendapatkan persetujuan dari pemegang saham," tuturnya.

Dia mengungkapkan, alasan dilakukan buyback ialah harga saham perseroan yang belum menggambarkan nilai secara fundamental. Padahal, kinerja TOWR terus bertumbuh seiring dengan peningkatan kebutuhan telekomunikasi.

Wakil Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Adam Gifari menyampaikan, manajemen berencana menyimpan saham hasil buyback sebagai saham treasury. Saham treasury tersebut dapat menjadi salah satu opsi metode pembayaran transaksi apabila perusahaan melakukan akuisisi.

"Kami melihat beberapa pihak tertarik dengan adanya komponen saham sebagai salah satu pembayaran atas proses transaksi akuisisi," paparnya.

Vice President Investor Relations & Corporate Communications Nippon Indosari Corpindo Lukito Kurniawan Gozali mengungkapkan buyback akan dilakukan sebanyak-banyaknya 10% dari modal disetor perseroan atau maksimal 618,64 juta saham.

“Buyback akan dilakukan selama 18 bulan ke depan, sebanyak-banyaknya 10% dari saham yang beredar. Kami belum bisa memberitahukan harganya,” ungkapnya.

Adapun rencana buyback ini bertujuan untuk menstabilkan harga saham perseroan. Di sisi lain, aksi buyback akan memberikan fleksibilitas bagi perseroan dalam mengelola modal jangka panjang.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menyampaikan, tujuan emiten melakukan buyback ialah menstabilkan kembali harga sahamnya di tengah tekanan aksi jual di pasar yang cukup besar. Alhasil, perlu ada dorongan permintaan tambahan untuk menyerap suplai saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper