Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mata Uang Emerging Market Tertekan, IHSG & Rupiah Tambah Lesu

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (18/9/2018), sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah.
Karyawan beraktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (3/8/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan beraktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (3/8/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (18/9/2018), sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah.

IHSG melemah 0,50% atau 28,93 poin ke level 5.795,33 pada akhir sesi I. Padahal, indeks sempat bergerak positif dan naik ke kisaran level 5.840 setelah dibuka turun 0,10% atau 5,54 poin di level 5.818,72 pagi tadi.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.781,29 – 5.844,95. Adapun pada perdagangan Senin (17/9), IHSG berakhir merosot 1,80% atau 107,02 poin di posisi 5.824,26.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 118 saham menguat, 214 saham melemah, dan 268 saham stagnan dari 600 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia siang ini.

Tujuh dari sembilan indeks sektoral IHSG menetap di teritori negatif dengan tekanan utama sektor konsumer (-1,53%) dan properti (-0,87%). Adapun sektor aneka industri dan infrastruktur masing-masing naik 1,60% dan 0,27%.

Sementara itu, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau lanjut melemah 54 poin atau 0,36% ke level Rp14.934 per dolar AS, setelah berakhir terdepresiasi 73 poin atau 0,49% di level Rp14.880 per dolar AS pada Senin (17/9).

Rupiah bahkan memimpin pelemahan di antara sejumlah mata uang Asia setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tensi perang dagang dengan China melalui pernyataannya pada Senin (17/9) waktu setempat.

Trump mengatakan AS akan mengenakan tarif 10% pada barang-barang China senilai sekitar US$200 miliar mulai 24 September serta akan segera melancarkan tarif lebih lanjut terhadap impor tambahan China senilai sekitar US$267 miliar jika pemerintah China melakukan pembalasan.

Bank Indonesia melihat pelemahan rupiah hari ini sebagai efek eksternal akibat risiko perang dagang antara China dan AS.
 
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengungkapkan bank sentral akan tetap berada di pasar dengan melakukan intervensi yang terukur. 
 
"Mudah-mudahan tekanannya tidak terlalu besar. Itu adalah salah satu risiko eksternal yang kami lihat dan itu juga kena ke currency di emerging markets," ungkapnya, seperti dilansir Bisnis.com.

Bersama rupiah, beberapa mata uang emerging market ikut melemah. Nilai tukar lira Turki melemah 0,18% ke level 6,3246 per dolar AS, sedangkan rand Afrika Selatan turun 0,18% ke posisi 14,9438 pada pukul 12.25 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper