Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PELEMAHAN RUPIAH: Kondisi 2018 Berbeda Jauh dengan 1998

Namun menurut Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana kondisi ini jauh berbeda. Kata dia, meskipun secara nominal sama yakni Rp15.000, namun besaran pelemahannya berbeda.
Perbandingan kurs rupiah tahun 1998, 2008, dan 2018./Bisnis-Radityo Eko
Perbandingan kurs rupiah tahun 1998, 2008, dan 2018./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam beberapa hari terakhir terus tertekan. Bahkan, mata uang domestik terus mendekati level Rp15.000. Banyak pihak yang khawatir kondisi krisis ekonomi 1998 terulang.

Namun menurut Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana kondisi ini jauh berbeda. Kata dia, meskipun secara nominal sama yakni Rp15.000, namun besaran pelemahannya berbeda.

"Pada  1998 rupiah sempat melemah lebih dari 200%, sedangkan pada tahun ini rupiah melemah sebesar 12%. Sementara itu, beban pemerintah juga berbeda, di mana 87,4% terhadap PDB pada 2000, dan pada tahun ini sekitar 32%, ," kata dia dalam market update yang diterima Bisnis, Sabtu (15/9/2018).

Menurutnya, salah satu kunci kesuksesan pemerintah Indonesia setelah krisis moneter tahun 1998 adalah mampu secara konsisten menurunkan angka inflasi. Berdasarkan data IMF, rata- rata inflasi pada 1998 mencapai 58%, sementara di tahun ini target inflasi hanya di kisaran 2,5%-4,5%.

Dia menambahkan, cadangan devisa pada tahun ini sudah jauh lebih tinggi dibandingkan cadangan devisa pada 1998, di mana Juli 2018 cadangan devisa mencapai US$118,3 miliar, sementara pada 1998 senilai US$19,5 miliar.

"Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa level Rp15.000 saat ini berbeda. Pelemahan rupiah bukan hanya semata-mata karena fundamental, tetapi lebih disebabkan oleh faktor sentimen, khususnya sentimen eksternal," jelasnya.

Di sisi lain, pemerintah dan bank sentral saat ini fokus dalam menurunkan defisit neraca berjalan guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Beberapa kebijakan yang sudah diimplementasikan oleh pemerintah diantaranya adalah implementasi dari B20 dan kenaikan dari penggunaan Bio Diesel sampai 20%.

Kemudian pemerintah juga menunda proyek-proyek infrastruktur yang dirasa belum mendesak, hal ini berguna untuk menurunkan impor bahan baku dan barang modal. Terakhir, pemerintah menaikkan PPH Impor terhadap 1.147 barang konsumen yang dirasa memiliki efek multiplier terkecil bagi pertumbuhan ekonomi dan juga memiliki subtitusi dari barang-barang konsumen di lokal.

Bank sentral juga secara aktif menjaga stabilitas nilai tukar rupiah diantaranya adalah dengan melakukan dual intervention terhadap terhadap pasar nilai tukar dan juga menjaga stabilitas dari pasar obligasi Indonesia.

"Kebijakan preemptif yang sudah dilakukan oleh Bank Indonesia diantaranya adalah menaikkan suku bunga sebanyak 125 basis poin disaat negara lain juga melakukan normalisasi kebijakan moneternya," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper