Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dengan 5 Syarat Ini, Pasar Saham dan Obigasi Kembali ke Jalur Hijau

Pasar saham dan obligasi akan tumbuh dan mengakhiri laju penurunan year to date, asalkan lima syarat ini terpenuhi. 
Saham penggerak IHSG 2018./Bisnis-Radityo Eko
Saham penggerak IHSG 2018./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA - PT Manulife Asset Management Indonesia memprediksikan pasar saham dan obligasi akan tumbuh dan mengakhiri laju penurunan year to date, asalkan lima syarat ini terpenuhi. 

PT Manulife Asset Management Indonesia mencatat, hingga akhir Agustus lalu kinerja pasar saham di Tanah Air turun 5,31% secara year to date, dan obligasi turun 4,79%.

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana menilai, penurunan yang terjadi pada pasar finansial Indonesia di tahun ini, lebih disebabkan oleh faktor sentimen bukan semata faktor fundamental.

Menurut dia, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara lainnya di kawasan Asia juga mengalami pelemahan baik di pasar finansial maupun nilai tukar mata uang.

"Beberapa sentimen yang dimaksud di antaranya normalisasi kebijakan moneter dari AS, konflik dagang yang berkepanjangan, serta adanya kekhawatiran mengenai emerging market risk off sentiment," kata dia dalam market update yang diterima Bisnis, Sabtu (15/9/2018).

Menurutnya, ada 5 faktor yang akan membawa pasar saham ke arah positif. Pertama, jika lebih ada kepastian dalam hal eksternal terkait konflik dagang dan normalisasi dari kebijakan moneter AS.

Kedua, kebijakan aktif dari Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, ketiga kondisi fiskal yang saat ini sudah jauh lebih sehat. Di mana kenaikan pendapatan negara berada jauh di atas biaya dari belanja negara.

"Per 31 Juli 2018, penerimaan dari pajak tumbuh 14% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan belanja negara sekitar 7% per tahunnya. Disamping itu, RAPBN di 2019 lebih kredibel dan memiliki semacam perhatian khusus dalam menunjang daya beli masyarakat," paparnya.

Keempat, valuasi dari pasar saham Indonesia yang semakin atraktif, dimana kalau kita lihat posisi investor asing terhadap pasar saham Indonesia boleh dikatakan lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga diharapkan tekanan jual asing pun juga akan berkurang

Kelima, situasi politik yang lebih kondusif untuk saat ini. Secara umum pasar negara berkembang, khususnya Indonesia akan diuntungkan dari stimulus ekonomi China dan jika ada perubahan nada kebijakan dari The Fed.

Sementara itu, Krizia menilai imbal hasil obligasi pemerintah dalam mata uang rupiah semakin atraktif, di mana saat ini spread antara imbal hasil obligasi pemerintah mata uang rupiah dengan US Treasury tenor 10 tahun berkisar antara 500–550 bps, jauh di atas rata–rata selama satu tahun terakhir sekitar 420 bps.

"Berkurangnya penerbitan dalam obligasi mata uang rupiah bisa jadi katalis positif bagi pasar obligasi, dimana di tahun ini pemerintah menurunkan target penerbitan sebesar Rp23,5 triliun, dan juga rencana penerbitan global bond di bulan September dapat mengurangi tekanan penerbitan obligasi denominasi rupiah sekaligus meningkatkan cadangan devisa Indonesia," jelasnya.

Selain itu, perubahan outlook dari kebijakan suku bunga The Fed yang tidak seagresif dibandingkan perkiraan sebelumnya, bisa menjadi salah satu katalis bagi pasar obligasi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper