Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Positif Topang Bursa Asia, IHSG Menguat 0,51% di Akhir Sesi I

IHSG menguat 0,51% atau 29,84 poin ke level 5.888,11 pada akhir sesi I, setelah dibuka dengan penguatan 0,22% atau 12,71 poin di level 5.870,98. Sepanjang perdagangan sesi I hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.870,98-5.894,98.
Karyawan berjalan melintasi layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan
Karyawan berjalan melintasi layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melaju di zona hijau pada akhir perdagangan sesi I hari ini, Jumat (14/9/2018).

IHSG menguat 0,51% atau 29,84 poin ke level 5.888,11 pada akhir sesi I, setelah dibuka dengan penguatan 0,22% atau 12,71 poin di level 5.870,98. Sepanjang perdagangan sesi I hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.870,98-5.894,98.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 209 saham menguat, 127 saham melemah, dan 264 saham stagnan dari 600 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Seluruh sembilan indeks sektoral IHSG menetap di zona hijau dengan dorongan terbesar oleh sektor perdagangan yang menguat 1,26%, disusul sektor infrastruktur yang menguat 0,84%.

IHSG menguat di saat indeks saham di Asia Tenggara terpantau mayoritas menguat siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura naik 0,70%, indeks SE Thailand menguat 0,35%, indeks FTSE Malay KLCI menguat 0,62%, sedangkan indeks PSEi Filipina melemah 0,69%.

Adapun indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing menguat 0,81% dan 0,8%. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,81%, dan indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,81%. Di sisi lain, indeks Shanghai Composite melemah 0,13%.

Dilansir Reuters, pergerakan bursa Asia dan global telah ditopang kabar tentang prospek putaran baru pembicaraan perdagangan antara AS dan China, bahkan ketika sentimen perang perdagangan antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia ini tampak akan meningkat.

Sejumlah pejabat China menyambut undangan yang disampaikan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin untuk mengadakan pembicaraan baru. Namun pada Kamis (13/9), Presiden AS Donald Trump menekan ekspektasi pasar, dengan menuliskan dalam Twitter bahwa AS "tidak dalam tekanan untuk membuat kesepakatan dengan China."

Pemerintahan Trump diketahui telah mempersiapkan daftar final barang-barang impor China senilai US$200 miliar untuk dikenakan tarif. Jika terwujud, maka langkah ini dapat menandai eskalasi hebat dalam perang perdagangan dan berdampak pada pertumbuhan global.

"Berita pada hari Rabu bahwa para pejabat AS telah mengundang China untuk memulai kembali pembicaraan perdagangan menunjukkan pengumuman tarif terhadap impor China senilai US$200 miliar mungkin ditunda. Namun kami pikir peluang bahwa pembicaraan baru akan meredakan ketegangan perdagangan terlihat rendah,” ujar analis Capital Economics dalam risetnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper