Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suplai Global Mengetat, Harga Minyak Brent Sentuh US$80 Per Barel

Harga minyak mentah Brent menyentuh level US$80 per barel untuk pertama kalinya sejak Mei, di tengah tanda-tanda bahwa suplai global menyusut dengan cepat.
Kilang Minyak lepas Pantai.
Kilang Minyak lepas Pantai.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Brent menyentuh level US$80 per barel untuk pertama kalinya sejak Mei, di tengah tanda-tanda bahwa suplai global menyusut dengan cepat.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak Brent untuk pengiriman November pada perdagangan Rabu (12/9/2018) berakhir menguat 0,9% atau 68 sen di level US$79,74 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, setelah sebelumnya naik hingga menyentuh level 80,13.

Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$9,58 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup menguat 1,6% atau US$1,12 di level US$70,37 per barel di New York Mercantile Exchange, level tertinggi dalam lebih dari tujuh pekan. Total volume yang diperdagangkan sekitar 56% di atas rata-rata 100 hari.

Dilansir dari Bloomberg, upaya AS untuk mengisolasi Iran telah menghambat pengiriman dari pemasok no. 3 OPEC tersebut pada saat yang sama ketika stok minyak mentah Amerika menyusut ke level terendah dalam 3,5 tahun.

Badan energi AS, Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (12/9) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah domestik turun 5,3 juta barel pekan lalu sebagian karena peningkatan ekspor. Sementara itu, stok bensin dan solar meningkat.

“Semua orang khawatir tentang pasokan minyak Iran dan turunnya persediaan AS,” kata Michael Lynch, presiden Strategic Energy & Economic Research di Winchester, Massachusetts. “Kita menuju situasi pasokan yang ketat.”

Sementara itu, Badai Florence mengancam pasar bahan bakar di East Coast. Badai Florence, yang masih sejauh 700 mil dari pantai, diperkirakan akan mendarat pada Kamis malam atau Jumat pagi di North Carolina.

Saat investor mencermati dampak sanksi Iran, pertanyaan yang belum terjawab adalah apakah mega produsen Arab Saudi dan Rusia akan masuk untuk mengisi kesenjangan pasokan.

Rusia mengatakan memiliki kapasitas untuk menetapkan rekor produksi minyak baru, tetapi tidak akan memutuskan apakah pasar membutuhkan pasokan tambahan itu sebelum pertemuan akhir bulan ini dengan OPEC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper