Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Penurunan Cadangan Devisa RI Melambat pada Agustus

Laju penurunan cadangan devisa Indonesia pada Agustus melambat, tercatat hanya sebanyak US$400 juta menjadi US$117,9 miliar. Jumlah tersebut berbanding terbali dari penurunan sebanak US$1,5 miliar menjadi US$118,3 miliar pada Juli 2018.

Bisnis.com, JAKARTA – Laju penurunan cadangan devisa Indonesia pada Agustus melambat, tercatat hanya sebanyak US$400 juta menjadi US$117,9 miliar. Jumlah tersebut berbanding terbali dari penurunan sebanak US$1,5 miliar menjadi US$118,3 miliar pada Juli 2018.

Kepala Ekonom PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaya mengatakan bahwa penurunan cadangan devisa terakhir setara dengan impor selama 6,8 bulan atau impor selama 6,6 bulan dan pembayaran utang luar negeri.

Jumlah tersebut masih jauh dari standar internasional untuk dianggap “cukup”, yang seharusnya setara dengan impor 3 bulan. Penurunan cadangan devisa yang lebih terukur pada Agustus berbarengan dengan penguatan dolar Amerika Serikat di hadapan rupiah sepanjang bulan lalu dengan rupiah terdepresiasi hingga 2,1% dibandingkan dengan pelemahan 0,6% sepanjang Juli terhadap dolar AS.

Pada penutupan perdagangan Kamis (13/9), rupiah tercatat melemah tipis kembali ke kisaran Rp14.800-an per dolar AS. Rupiah melemah 8 poin atau 0,04% menjadi Rp14.840 per dolar AS dan melemah 8,65% selama tahun berjalan.

Adapun, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback di hadapan seluruh mata uang tercatat menguat 0,13% menjadi 94,93 poin.

Menurut Ariston Tjendra, Kepala Bidang Riset dan Analis PT Monex Investindo Futures mengatakan bahwa pasar saat ini tengah menunggu hasil rapat moneter 2 bank sentral sore ini, yakni Inggris dan Eropa.

“Pasar masih menunggu rapat moneter bank sentral Inggris dan Eropa sehingga investor yang tadinya menjual dolar AS sekarang mulai ambil profit. Selain itu, komentar Menteri Keuangan AS yang akan membuka kembali pembicaraan dagang dengan China juga memberi sentimen positif untuk dolar AS,” ujar Ariston kepada Bisnis, Kamis (13/9/2018).

Menurut Ariston, pelemahan dolar AS pada perdagangan sebelumnya lebih didominasi oleh kemungkinan tensi perdagangan AS dengan sejumlah negara yang semakin memanas dan permintaan sanksi Organisasi Dagang Dunia (WTO) dari China ke AS.

“Tensi perang dagang AS dengan Kanada juga meninggi. Kalau dari segi pembicaraan dagang dengan China, tujuan dari pembicaraan ini untuk meredakan ketegangan jadi bisa menguatkan dolar AS,” lanjut Ariston.

Penguatan dolar AS kedepannya akan tergantung pada hasil pembicaraan dengan China, kalau hasilnya positif, dolar AS sangat mungkin untuk kembali menguat di hadapan mata uang lain, dan kondisinya bisa berbalik kalau tidak membuahkan hasil seperti diskusi sebelumnya.

Selain itu, Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan dirilis Kamis (13/9) malam juga akan menjadi penentu arah pergerakan dolar AS selanjutnya.

“Untuk CPI month-to-month bulan Agustus, diperkirakan tumbuh 0,2%, lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 0,3%. Tapi trader biasanya membandingkan antara perkiraan dengan hasil aktual. Jika hasil aktual lebih bagus dari perkiraan, dolar AS bisa menguat dan sebaliknya,” paparnya.

Ariston memprediksikan untuk jangka pendek indeks dolar AS akan bergerak di kisaran 94,60 – 95,30.

Untuk dampaknya kepada rupiah, Enrico menyebutkan bahwa Bank Indonesia (BI) yakin cadangan devisa Indonesia masih cukup untuk menghalau faktor eksternal sambil mempertahankan kestabilan ekonomi makro dan sistem keuangan Indonesia.

“BI mengatakan bahwa penyebab utama melambatnya penurunan cadangan devisa Agustus adalah pembayaran utang luar negeri dari pemerintah dan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” lanjut Enrico.

Selanjutnya, BI memprediksi cadangan devisanya akan tetap memadai untuk menjaga stabilitas perekonomian domestik dan bank sentral cenderung optimistis pada kinerja ekspor Indonesia ke depan akan semakin baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper