Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tertekan, IHSG Bertahan Menguat di Akhir Sesi I

IHSG melemah 0,37% atau 21,78 poin ke level 5.852,90 pada akhir sesi I. Setelah dibuka dengan penguatan 0,14% atau 8,20 poin di level 5.839,31. Sepanjang perdagangan sesi I hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.838,87-5.870,60.
Karyawan berjalan melintasi layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan
Karyawan berjalan melintasi layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertahan di zona hijau pada akhir perdagangan sesi I hari ini, Rabu (12/9/2018).

IHSG melemah 0,37% atau 21,78 poin ke level 5.852,90 pada akhir sesi I. Setelah dibuka dengan penguatan 0,14% atau 8,20 poin di level 5.839,31. Sepanjang perdagangan sesi I hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.838,87-5.870,60.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 242 saham menguat, 102 saham melemah, dan 257 saham stagnan dari 601 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tujuh dari sembilan indeks sektoral IHSG menetap di zona hijau dengan dorongan terbesar oleh sektor konsumer yang menguat 1,11%, disusul sektor tambang yang menguat 1,08%.

Di sisi lain, sektor industri dasar yang melemah 0,13% dan finansial yang turun 0,12% menahan penguatan IHSG lebih lanjut di sesi I.

IHSG menguat di saat indeks saham di Asia Tenggara terpantau terdepresiasi siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura turun 0,06%, indek SE Thailand melemah 0,27%, indeks FTSE Malay KLCI melemah 0,55%, dan indeks PSEi Filipina turun 0,37%.

Adapun indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 0,65% dan 0,49%. Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,24%, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,2%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing turun 0,2% dan 0,5%.

Bursa saham Asia bergerak di kisaran level terendahnya dalam 14 bulan pada perdagangan saat kepercayaan investor terbebani ancaman verbal terbaru dalam konflik perdagangan AS-China yang semakin intensif.

Sentimen positif bagi para investor diredam perdebatan verbal antara AS dan China saat eskalasi tensi perdagangan yang telah berlangsung lama antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia ini berdampak pada terkikisnya daya tarik aset berisiko.

Pada Selasa (11/9), China menyatakan keinginannya kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menerapkan sanksi senilai US$7 miliar per tahun pada AS sebagai pembalasan atas ketidakpatuhan AS dengan putusan dalam sengketa atas bea dumping AS.

Secara terpisah, Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan pada hari yang sama bahwa Amerika Serikat mengambil sikap keras terhadap China.

 “Dalam memikirkan prospek perang dagang, penting untuk membedakan perjalanan dan tujuan. Perjalanan akan tetap liar dan mengganggu. Tapi saya kira tujuan tidak seperti itu,” ujar Mohamed A. El-Erian, Kepala Penasihat Ekonomi di Allianz SE, kepada Reuters Global Markets Forum pada hari Rabu.

El-Erian memperkirakan Amerika Serikat pada akhirnya akan mengamankan konsesi perdagangan. Dia melihat kemungkinan 60% dari “perdagangan yang sedikit lebih adil tapi dan masih bebas”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper