Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Penerbitan Dinfra Capai Rp1,36 Triliun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan izin untuk penerbitan instrumen pendanaan berbentuk dana investasi infrastruktur (Dinfra). Total, nilai dari penerbitan Dinfra ini mencapai Rp1,36 triliun.
Pekerja menggarap bagian atap proyek pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka, Jawa Barat, Rabu (28/3). Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, proyek infrastruktur yang dibangun pemerintah saat ini mampu menyerap 230 ribu pekerja yang tersebar di 246 proyek infrastruktur. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Pekerja menggarap bagian atap proyek pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Majalengka, Jawa Barat, Rabu (28/3). Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, proyek infrastruktur yang dibangun pemerintah saat ini mampu menyerap 230 ribu pekerja yang tersebar di 246 proyek infrastruktur. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan izin untuk penerbitan instrumen pendanaan berbentuk dana investasi infrastruktur (Dinfra). Total, nilai dari penerbitan Dinfra ini mencapai Rp1,36 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan, ada tiga jenis Dinfra yang telah diterbitkan. Adapun penerbit masih berasal dari satu perusahaan manajer investasi yakni PT Bowsprit Asset Management.

"Dinfra sudah ada tiga, itu dari Bowsprit semuanya. Nilainya banyak, tapi pastinya saya lupa. Yang jelas ini sudah terbit," kata dia, baru-baru ini.

Hoesen tidak mengungkap lebih jauh perihal rincian Dinfra tersebut. Namun berdasarkan informasi yang tercantum dalam website Bowsprit, ketiga jenis produk itu memiliki nilai yang berbeda, di mana mayoritas lokasi proyek berada di Jawa Barat.

Produk pertama adalah Dinfra Pengembangan Kota Mandiri yang menyediakan pendanaan senilai Rp750 miliar untuk proyek-proyek infrastruktur yang berlokasi di kawasan Jawa Barat.

Kedua adalah Dinfra Bowsprit Aoyama Commercial Fund, yang menyediakan pendanaan senilai Rp330 miliar untuk proyek-proyek infrastruktur yang berlokasi di dua kawasan, yakni Jawa Barat dan Jawa Timur.

Adapun produk ketiga adalah Dinfra Bowsprit Infrastruktur Terpadu 1 yang menyediakan pembiayaan senilai Rp280 miliar. Pendanaan ini ditujukan untuk proyek-proyek infrastruktur yang berlokasi di kawasan Jawa Barat.

Dinfra terbilang instrumen investasi yang baru berlaku di Indonesia. Payung hukum dari investasi ini adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 52/POJK.04/2017 yang diterbitkan pada 20 Juli tahun lalu.

Dengan Dinfra, manajer investasi bisa menghimpun dana dari investor untuk diinvestasikan pada aset infrastruktur. Adapun porsi investasi di aset infrastruktur minimal 51% dari nilai aktiva bersih (NAB). Sisanya, maksimal 49%, bisa ditempatkan di instrumen pasar uang atau efek dalam negeri.

Sementara itu, sejumlah manajer investasi akan segera menyusul Bowsprit untuk menerbitkan Dinfra. PT Ayers Asia Asset Management misalnya yang akan menghadirkan dua produk Dinfra pada tahun ini.

Total, kedua produk tersebut bernilai Rp400 miliar di mana masing-masing proyek senilai Rp200 miliar. Satu dari produk Dinfra tersebut akan diluncurkan oleh perseroan dalam waktu dekat.

"Untuk produk pertama akan menggunakan proyek properti mall yang terintegrasi dengan apartemen," kata Direktur Utama PT Ayers Asia Asset Management Dastin Mirjaya Mudijana.

Sementara itu, untuk produk Dinfra kedua Dastin masih belum bersedia untuk memberikan penjelasan lebih rinci. Pasalnya, saat ini produk itu masih dalam proses finalisasi. Dia hanya mengatakan underlying asset untuk produk kedua ini adalah pelabuhan.

Minat serupa juga pernah disampaikan oleh Direktur Utama PT PayTren Aset Manajemen Asyu Widuri. Awal tahun ini, dia mengatakan perseroan telah menyiapkan tiga Dinfra pada tahun ini, di mana salah satunya merupakan proyek rumah sakit.

Kata dia, Dinfra lebih strategis dan menjanjikan dibandingkan produk lain misalnya reksa dana penyertaan terbatas (RDPT), di mana investor ritel memiliki keterbatasan akses saat hendak berinvestasi pada produk tersebut.

"Melalui Dinfra potensi investor ritel tetap bisa masuk, jika dibandingkan misalnya dengfan RDPT yang maksimal 49 klien dan tidak bisa menjangkau ritel," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper