Bisnis.com, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menerapkan sistem penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) secara online. Rencananya, sistem ini akan mulai diaplikasikan pada awal tahun depan.
Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI Fitri Hadi menjelaskan, sistem itu akan diterapkan secara integrasi. Artinya seluruh proses tahapan baik di bursa maupun di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dilakukan melalui satu langkah.
"Tujuannya agar ada alternatif, ada online ada offline untuk memperkuas jangkauan. Nanti submit ke OJK juga melalui platform ini. Mulai dari pembukaan rekening sampai IPO," jelasnya, akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, penerapan sistem online ini didorong oleh pesatnya perkembangan teknologi digital, serta minimnya pengetahuan masyarakat calon investor mengenai perusahaan sekuritas yang menjadi anggota bursa (AB).
Platform digital ini merupakan proyek kemitraan antara bursa efek, OJK, AB, Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), dan lembaga profesi. "Teknisnya, begitu masuk website langsung investor tahu AB itu apa dan tarifnya masing-masing berapa," imbuhnya.
Sistem ini nantinya juga akan terkoneksi dengan sistem electronic book building yang saat ini masih dirumuskan oleh otoritas pasar modal. Artinya, setiap tahapan dalam proses penawaran umum akan sepenuhnya dilakukan secara online.
Namun demikian, kata Fitri, sistem ini tidak lantas mengganti sistem offline atau konvensional yang saat ini telah berjalan. "Pasar kita besar sekali, dan tidak semuanya terjangkau oleh kantor AB yang saat ini ada."
Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indoensia (APEI) Octavianus Budiyanto menambahkan, sistem online akan sangat membantu penetrasi pasar perusahaan efek serta pengetahuan masyarakat terhadap pasar modal.
Saat ini otoritas pasar modal telah menerapkan sistem registrasi melalui online. Penerapan sistem ini, sambungnya, sangat menguntungkan perusahaan efek. "Paper work juga jauh berkurang dan dari sisi waktu juga lebih cepat dan efisien," kata dia.
Ocky menambahkan, di industri pasar modal Tanah Air jumlah investor ritel masih belum terlalu banyak. Dia menilai kebijakan bursa ini akan meingkatkan jumlah investor perorangan.
Apalagi, di saat bersamaan otoritas tengah mengkaji perihal penjatahan saham investor ritel dalam penawaran umum perdana saham dalam electronic book building. "Di Indonesia investor ritel belum banyak dan belum kuat. Maka perlu terus didorong," imbuhnya.
Terkait dengan porsi penjatahan, APEI mengusulkan persentase yang ideal. Pasalnya jika porsi investir ritel terlalu besar maka akan berdampak negatif terhadap pasar, terutama jika porsi itu tidak sepenuhnya terserap.
Dari data yang diperoleh Bisnis, otoritas menetapkan angka yang berbeda-beda tergantung dari nilai penawaran umum. Semakin besar nilai penawaran umum, maka semakin kecil penjatahan untuk investor ritel.
OJK membagi penjatahan terpusat atau pool allotment tersebut menjadi dua, yakni penjatahan terpusat ritel atau pool ritel dan penjatahan terpusat nonritel alias pool nonritel. Keduanya memiliki kesempatan yang sama.
Investor yang berpartisipasi dalam book building akan diberikan porsi penjatahan lebih. Dalam rumusannya, porsi yang ditawarkan oleh OJK yakni 2:1. Sementara itu, penjatahan terlebih dahulu untuk pesanan paling banyak 10 lot.
Persentase penjatahan paling tinggi adalah 12,5% untuk nilai penawaran umum kurang dari sama dengan Rp250 miliar. Adapun besaran minimal adalah 2,5% untuk nilai penawaran lebihd ari Rp2,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel