Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan AS Turun, Harga Minyak Terkerek Tipis

Harga minyak mentah menghijau tipis karena cadangan minyak AS dinyatakan menurun ke level terendah sejak 2015 dan mendorong harga di pasar.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menghijau tipis karena cadangan minyak AS dinyatakan menurun ke level terendah sejak 2015 dan mendorong harga di pasar. Namun, perang dagang antara AS dan China dan pelemahan perekonomian emerging market masih menjadi momok.

Pad perdagangan Jumat (7/9), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tercatat naik 0,10 poin atau 0,15% menjadi US$67,87 per barel dari penutupan perdagangan hari sebelumnya. Adapun, harga minyak Brent tercatat naik 0,06 poin atau 0,08% menjadi US$76,60 per barel.

“Rilis data cadangan minyak AS pada Kamis [6/9] malam waktu AS menunjukkan penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan perkiraan,” papar William O’Loughlin, analis investasi Rivkin Securities, dikutip dari Reuters, Jumat (7/9).

Data Energy Information Admnistration (EIA) AS menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah komersil AS anjlok 4,3 juta barel menjadi 401,49 juta barel pada pekan 31 Agustus, terendah sejak Februari 2015.

Kendati demikian, sejumlah analis mengatakan bahwa penguatan harga meinyak masih terbatas akan kenaikan produksi produk sulingan dan pelemahan konsumsi bahan bakar AS pada musim panas tahun ini.

“Cadangan minyak gasoline AS saat ini di atas rata-rata 5 tahun. Musim mengemudi AS menunjukkan adanya penurunan dilihat dari kemunduran permintaan,” lanjut O’Loughlin.

Pelemahan perekonomian emerging market (EM) dan potensi tarif terbaru dari AS ke barang konsumsi China juga menambah beban pada sentimen harga minyak.

“Kemunduran EM yang biasanya memiliki intensitas PDB [Produk Domestik Bruto] energi tinggi, menjadi kekhawatiran utama,” ujar sejumlah analis Jefferies Investment Banking dalam laporan resminya.

Pangsa Asia merosot ke level terendah selama 14 bulan pada Jumat karena para investor ketakutan akan ronde terbaru perang tarif AS dan China. Adapun, mata uang Indonesia dan India juga masih tertekan.

Dari sisi pasokan, produksi minyak mentah AS pada pekan lalu tetap berada pada volume 11 juta barel per hari, yang sudah dicapai sejak Juli lalu.

Setelah mengalami kenaikan produksi dalam dua tahun terakhir, para analis Jefferies menyebutkan bahwa pertumbuhan produksi minyak AS akan melambat hingga kuartal IV/2019.

Di luar AS, sanksi AS kepada produsen minyak utama Iran, yang akan mulai berlaku pada November mendatang dengan menargetkan sektor ekspor minyak Iran, mendorong ekspektasi pasar minyak akan mengetat hingga akhir tahun.

“Faktor utama yang menjadi pendorong harga minyak, masih pada sanksi AS terhadap Iran dan sejumlah negara konsumen minyak mentah Iran. Masih ada ketidakpastian tentang strategi di China dan India sebagai konsumen utama minyak Iran,” kata Chidu Narayanan, ekonom Standard Chartered.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper