Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Tetap Hijau Saat Pasar Asia Tertekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mempertahankan penguatannya bersama nilai tukar rupiah pada perdagangan siang ini, Jumat (7/9/2018), di tengah berlanjutnya tekanan pada bursa Asia.
Karyawan dan pelaku usaha berada di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan dan pelaku usaha berada di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mempertahankan penguatannya bersama nilai tukar rupiah pada perdagangan siang ini, Jumat (7/9/2018), di tengah berlanjutnya tekanan pada bursa Asia.

IHSG menguat 0,35% atau 20,23 poin ke level 5.796,32 pada akhir sesi I. Setelah dibuka dengan kenaikan tipis 0,08% atau 4,71 poin di level 5.780,81, indeks bergerak fluktuatif antara teritori positif dan negatif pada level 5.769,25 – 5.805,05.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 187 saham menguat, 140 saham melemah, dan 274 saham stagnan dari 601 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tiga dari sembilan indeks sektoral IHSG menetap di zona hijau dengan support utama sektor aneka industri (+3,24%). Adapun sektor industri dasar yang turun 0,39% memimpin koreksi di antara enam sektor lainnya sekaligus membatasi penguatan IHSG.

Berbanding terbalik dengan IHSG, indeks saham di Asia Tenggara terpantau melemah siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (-0,75%), indeks SE Thailand (-0,20%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,13%), dan indeks PSEi Filipina (-1,13%).

Adapun indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing turun 0,68% dan 0,99%. Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,82%, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,86%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing turun 0,13% dan 0,14%.

Bursa Asia tetap tertekan oleh kekhawatiran investor akan perkembangan terbaru seputar perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China, setelah batas waktu periode komentar publik untuk rencana tarif baru yang diusung pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap impor tambahan senilai US$200 miliar asal China berakhir.

Bursa Asia pun bergerak menuju penurunan mingguan terburuknya dalam hampir enam bulan seiring dengan kekhawatiran seputar meluasnya pergolakan pada sejumlah negara emerging market, seperti Argentina dan Turki. IHSG termasuk di antara yang paling terdampak atas tekanan emerging market pekan ini.

Namun, manajer investasi global BlackRock Inc. justru bertahan dengan pandangan positifnya atas saham-saham di Indonesia, didukung tanda-tanda stabilitas makroekonomi dan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah.

“Kami tetap berpandangan positif mengenai Indonesia dan yakin ekonominya lebih mampu menangani imbal hasil obligasi 10 tahun AS yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya,” ujar Andrew Swan, kepala ekuitas emerging market Asia dan global BlackRock, seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau bertahan di level Rp14.890 per dolar AS pada pukul 12.21 WIB dengan penguatan 3 poin atau 0,02%. Pada Kamis (6/9), rupiah mampu rebound dan berakhir menguat 45 poin atau 0,30% di posisi 14.893.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper